sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kemenag Dorong Produk RI Masuk Dapur Arab Saudi

Syariah editor Widya Michella
11/11/2022 17:45 WIB
Kemenag mencari terobosan agar produk-produk Indonesia bisa masuk ke dapur penyedia katering jamaah haji di Arab Saudi.
Kemenag Dorong Produk RI Masuk Dapur Arab Saudi (FOTO: Dok MNC Media)
Kemenag Dorong Produk RI Masuk Dapur Arab Saudi (FOTO: Dok MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Agama (Kemenag) mencari terobosan agar produk-produk Indonesia bisa masuk ke dapur penyedia katering jamaah haji di Arab Saudi.

Hal tersebut disampaikan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Hilman Latief di acara Focus Group Discussion (FGD) bertema Penguatan Ekosistem Ekonomi Haji, Kamis, (10/11/2022) di Jakarta. 

Hilman membagikan berbagi pengalamannya saat meninjau beberapa dapur katering di Arab Saudi pada Maret 2022 lalu. Tinjauan itu dilakukan ke sejumlah dapur penyedia katering jamaah haji dalam rangka melihat kesiapan dan kapasitas layanan yang dapat diberikan. 

Masuk ke dapur,Hilman melakukan peninjauan pada gudang berpendingin, tempat penyimpanan bahan makanan. Namun dari banyak nya produk yang biasa digunakan untuk melayani jamaah haji, hanya sedikit yang berasal dari Indonesia.

"Kita sambil keliling melakukan observasi, ingin melihat apa yang ada di dalamnya. Sulit sekali membaca tulisan Indonesia. Mulai beras, ada Rojo Lele Thailand, Pandan Wangi Singapura dan Malaysia. Kita hanya kebagian merk nya saja, buy nya lewat,”kata Hilman dikutip dalam laman resmi Kemenag, Jumat (11/11/2022).

Bahkan, Hilman mengaku menemukan satu kemasan makanan dari perusahaan Thailand, yang isi makanannya sangat mirip dengan rendang daging. "Ada satu-satunya produk Indonesia, yaitu krupuk udang Sidoarjo,”ujarnya. 

Sehingga menurutnya hal ini  menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk menguatkan ekosistem ekonomi haji dan umrah. Setidaknya ada dua alasan yang disampaikan Hilman. 

Pertama, market ekonomi terhadap perhajian sangat terbuka, misalnya di tahun 2019, ada satu juta orang melaksanakan umrah. 

Dalam kondisi normal, kuota jemaah haji Indonesia mencapai 200 ribu per tahun. Jumlah jamaah haji Indonesia yang menunggu keberangkatan pun kini mencapai 5,2 juta.

"Dalam penyelenggaraan haji dan umrah, jamaah biasanya makannya makanan Indonesia, bumbu Indonesia. Untuk bumbu saja, kebutuhannya mencapai ratusan ton. Ini market yang terbuka,”kata dia.

Kedua, haji bukan hanya untuk ritual. Mengutip ayat 27 dan 28 Surat Al-Hajj, Hilman menjelaskan bahwa manfaat haji mencakup spiritual, sosial persaudaraan, dan juga ekonomi (tijarah/commerce). 

“Nampaknya kita belum memberikan perhatian lebih pada pesan liyasyhadu manaafi’a lahum pada ayat ke 28 surat Al-Hajj, utamanya pada aspek ekonomi. Sekarang Thailand, Vietnam, dan China justru sudah bergerak ke arah manfaat ekonomi,"tuturnya. 

Oleh karena itu, FGD tersebut diperlukan untuk untuk membahas pentingnya penguatan ekosistem ekonomi haji. 

"Kita mungkin belum punya awareness tentang itu. Kalau pun sudah ada, kita belum punya ekosistem yang baik untuk menopang,” katanya.

Sebagai informasi, FGD ini diikuti perwakilan Ditjen PHU, Kementerian Perdagangan, Kemenkop UKM, Kemenperindustrian, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), Kadin, Ikatan Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adesy, Asosiasi Haji dan Umrah, Akademisi, Baznas, serta pelaku UMKM dan Industri Halal. (RRD)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement