Membangun Visi Peradaban Wakaf
Membangun visi peradaban wakaf memang tidaklah mudah. Mengeksekusinya lebih tidak mudah lagi. Namun, visi yang jelas meski masih terlihat jauh sekali lebih menarik untuk ditempuh. Mengapa? Karena, lembaga wakaf tahu harus berjalan ke mana dan perjalanan ini ada ujungnya. Sebuah idealita yang ingin direalisasikan.
Tantangannya memang tidak mudah. Sebagai perwujudan tahapan demi tahapan menuju visi peradaban wakaf, lembaga wakaf mesti mengedukasi umat dengan sabar dan konsisten. Mungkin juga melahirkan program wakaf yang tidak populer. Awalnya tidak dikenal dan diminati pasar, namun bernilai strategis.
Dalam konteks ini, meski sedikit berbeda, lembaga wakaf bisa belajar dari perkembangan Kuttab Al-Fatih yang pesat. Kuttab adalah model pendidikan Islam setingkat sekolah dasar pada masa kejayaan Islam. Jejak kuttab di nusantara misalnya, bisa dilihat pada masa Kesultanan Syiak Sri Indrapura, Riau.
Kuttab Al-Fatih diinisiasi oleh Ustadz Budi Ashari dan timnya pertama kali pada 2012 di bawah naungan Yayasan Al-Fatih Pilar Peradaban. Ustadz Budi sadar sepenuhnya bahwa kuttab sama sekali tidak akrab dan dikenal oleh umat Islam Indonesia. Namun, visi besar yang ingin dicapai, menguatkan langkah Kuttab Al-Fatih untuk terus berjalan.
Yayasan Al-Fatih Pilar Peradaban setahap demi setahap membangun Kuttab Al-Fatih dengan konsisten. Mereka tidak tergoda untuk berpindah haluan karena mengikuti selera pasar. Kuttab Al-Fatih terus berjalan dan berkarya menuju visi besarnya.