IDXChannel - Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) menggandeng perusahaan rintisan Air Company dalam menciptakan bahan bakar jet yang terbuat dari karbon dioksida atau CO2.
Kedua belah pihak telah menandatangani kontrak kerja sama senilai USD65 juta atau setara hampir Rp1 triliun.
Melansir dari TechSpot, Rabu (1/3/2023), nantinya CO2 berlebih yang berbahaya bagi ekosistem Bumi akan disedot dan diubah menjadi bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF).
Dilaporkan proyek skala kecil telah dilaksanakan dan tinggal menunggu proyek nyata dilangsungkan, yang mana nantinya akan mengurangi emisi karbon global.
Air Company mengeklaim, sudah menghilangkan satu tahapan dalam proses konversi Fischer-Tropsch yang berusia hampir 100 tahun. Ini melibatkan pembuatan, pemanenan, dan penyimpanan CO2 dari industri fermentasi jagung. Kemudian menggunakan elektrolisis air untuk menghasilkan gas hidrogen (H2) dan oksigen (O2).
Dikatakan bahwa O2 dilepaskan ke atmosfer, dan H2 dimasukkan ke dalam reaktor dengan CO2 yang ditangkap dan katalis. Nantinya reaksi kimia akan menghasilkan etanol, metanol, air, dan parafin. Distilasi memisahkan komponen ini untuk digunakan dalam produk lain, termasuk vodka, parfum, pembersih tangan, dan SAF.
Perusahaan belum dapat berproduksi pada skala yang dibutuhkan untuk mempengaruhi tingkat CO2 global. Namun, CEO Gregory Constantine mengatakan bahwa jika Air Company dan lainnya dapat membangun sesuai skala dan semua industri yang bergantung pada bahan bakar beralih ke SAF, hal itu dapat mengurangi lebih dari 10 persen emisi karbon.
"Kontrak ini memungkinkan [kami] untuk fokus pada pertumbuhan teknologi dan perkembangan teknologi. Inti dari teknologi kami benar-benar berpusat pada pemanfaatan karbon," kata Gregory Constantine.
Sayangnya, penelitian masih akan terus dilakukan dan diprediksi akan memakan waktu yang cukup lama. Air Company masih perlu menyempurnakan prosesnya dan membangun pabrik produksi skala besar, dibutuhkan lebih dari satu perusahaan untuk memproduksi SAF yang cukup untuk memberi makan seluruh industri penerbangan.
"Dengan peraturan saat ini, ada batasan campuran yang harus kita patuhi. Bahan bakar yang kami buat memiliki komponen yang tidak boleh dicampur. Kami berharap dalam beberapa tahun ke depan, batas campuran tersebut akan meningkat dan peraturan pada akhirnya akan mengizinkan penggunaan SAF 100 persen," lanjut Gregory Constantine.
Saat ini campuran avtur hanya bisa mengandung kurang dari 50 persen SAF. Namun, Air Company bermitra dengan Angkatan Udara untuk menguji terbang SAF 100 persen, yang terbukti sukses. Maskapai penerbangan Belanda KLM juga menguji SAF murni dengan pabrikan mesinnya, menyimpulkan bahwa SAF aman untuk dibakar.
Air Company telah mengontrak untuk memasok tiga maskapai penerbangan dengan SAF --Boom, JetBlue, dan Virgin Atlantic. Boom setuju untuk membeli lima juta galon per tahun untuk jangka waktu kontrak yang tidak ditentukan untuk bahan bakar jet Overture supersoniknya.
JetBlue menandatangani kontrak lima tahun untuk membeli 25 juta galon, dan Virgin berjanji untuk mengambil 100 juta galon selama 10 tahun.
(DES)