Mereka mengatakan semakin banyak penjahat yang tampaknya tertarik pada teknologi untuk melakukan segala hal, mulai dari kejahatan kecil hingga pencurian uang.
Namun, China adalah negara yang menjadi penyebab utama kekhawatiran ini.
Para pejabat Badan Keamanan Nasional (National Security Agency/NSA) telah memperingatkan bahwa Beijing mulai menggunakan AI untuk menyebarkan propaganda melalui saluran berita palsu tahun lalu.
“Ini hanyalah puncak gunung es,” kata David Frederick, asisten wakil direktur NSA untuk China, pada pertemuan puncak keamanan siber sebelumnya bulan ini.
“Kecerdasan buatan akan memungkinkan operasi pengaruh jahat yang lebih efektif,” tambahnya.
Kekhawatiran seperti ini didukung oleh perusahaan-perusahaan keamanan siber swasta.
Microsoft, misalnya, pada awal bulan ini memperingatkan bahwa para aktor dunia maya yang terkait dengan China telah mulai menggunakan AI untuk menghasilkan “konten yang menarik perhatian” untuk upaya disinformasi yang telah menarik perhatian para pemilih di AS.