Pada kesempatan itu, Eko mengatakan persoalan yang sekarang dihadapi yaitu masyarakat belum merasa kehilangan jika belum terjadi. Hal ini sama halnya seperti serangan siber yang bisa menyerang meskipun masyarakat sudah merasa aman dan belum merasakan kehilangan data pribadinya.
Misalnya seperti pengkloningan data di handphone di mana fisiknya ada, namun datanya hilang.
“Inilah menjadi pokok persoalan kita semuanya karena kita merasa kalau hilang itu sesuatu hilang itu apabila barang kita tidak ada. Tetapi, padahal kalau data mohon maaf seperti handphone dikloning fisiknya ada tetapi data yang ada di sini itu sudah diambil sama orang dan itu kita merasa menganggap bahwa kita tidak kehilangan padahal itu yang cukup berbahaya data itu yang sangat berbahaya yang hilang itu. Tapi sekarang ini ya dengan kecanggihan teknologi itu bisa dilakukan,” ujarnya.
Eko pun menceritakan kejadian yang pernah terjadi beberapa tahun lalu seperti pada 2012 di mana handphone Ibu Negara disadap. Menurut dia, hal itu bukan yang pertama kali. Sebab, banyak serangan siber di website milik pemerintah yang dilakukan oleh para hacker.
Lebih lanjut, Eko mengatakan Indonesia harus meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam rangka sense of security. Sehingga keamanan data masyarakat bisa meningkat.
(FRI)