Kondisi ini berbeda dengan di Thailand, di mana mobil double cabin digunakan untuk mobilitas harian. Oleh sebab itu, penjualan tiap bulannya tembus puluhan ribu unit, belum termasuk ekspor.
“Jadi kalau memang Indonesia ingin mau memproduksi pick up, market pick up-nya harus diperbesar. Terlebih pick up seperti Hilux itu yang terbesar di Thailand, di seluruh dunia Thailand dan Amerika, dua negara itu ya. Sekitar lebih dari 50 persen market-nya Thailand, hampir 400 ribu unit itu adalah Hilux,” kata dia.
Namun, Toyota tidak menutup peluang untuk melakukan perakitan mobil double cabin di Indonesia. Tetapi, Anton meminta pemerintah harus realistis dan permintaan pasar menjadi faktor pertimbangan terbesar dalam melakukan investasi.
“Saya setuju kita ingin localize, tapi kita harus realistis juga bahwa Indonesia adalah negara yang banyak 3-row seater,” kata Anton.
Sekadar informasi, Toyota akan menjual pick up terbarunya, yakni Hilux Rangga. Kendaraan niaga itu juga berstatus CBU alias diimpor secara utuh dari Thailand.
(NIY)