"Bagi kami, masalah privasi adalah hal yang paling penting. Jika pemerintah atau institusi dapat membaca pikiran orang, ini adalah masalah yang sangat sensitif," ungkap Takagi. "Perlu ada diskusi tingkat tinggi untuk memastikan hal ini tidak terjadi," jelasnya.
Hasil dari penelitian yang dilakukan Takagi dan Nishimoto ini membuat heboh komunitas teknologi, dimana mereka telah digemparkan oleh kemajuan pesat dalam bidang AI, diantaranya adalah peluncuran ChatGPT, sebuah aplikasi yang dapat menghasilkan suara menyerupai suara manusia sebagai respons dari permintaan pengguna.
Walaupun begitu, mereka tetap berhati-hati agar temuan mereka tidak terbawa suasana. Dan Takagi menyatakan bahwa terdapat dua hambatan utama dalam membaca pikiran yang sebenarnya adalah teknologi pemindaian otak dan AI itu sendiri.
Masih dari sumber yang sama, berdasarkan penelitian Takagi dan Nishimoto, subjek diminta untuk duduk di dalam pemindai fMRI hingga 40 jam, sehingga menghabiskan banyak biaya dan waktu.
Lalu, kendala AI saat ini merupakan hambatan kedua, meski Takagi menyadari bahwa kemampuan tersebut semakin maju dari hari ke hari.