IDXChannel – Tren penggunaan kendaraan listrik di Indonesia terus meningkat. Hal ini tercermin dari jumlah penjualan yang dirilis Gaikindo sepanjang 2022.
Karena itu, pengguna atau konsumen harus memahami bagaimana cara penanganan kecelakaan yang terjadi pada mobil listrik.
Seperti diketahui, mobil listrik merupakan teknologi baru di industri otomotif. Kendaraan ini sepenuhnya mengandalkan baterai yang dapat menghasilkan arus listrik tegangan tinggi sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM).
Kasektor Damkar Cengkareng H Wirawan Aries Wibowo, S.E. mengatakan karena mobil listrik memiliki arus tinggi, maka penanganannya harus berbeda. Menurutnya, hal tersebut yang patut diketahui dan dipelajari oleh semua orang, bukan hanya petugas.
“Kita belajar dari apa yang terjadi di luar (negeri). Penanganannya memang berbeda, ada beberapa peralatan yang perlu kita siapkan. Jadi kita nggak asal bertindak sebagai petugas dalam menangani mobil listrik yang alami kecelakaan,” kata Wirawan saat ditemui MNC Portal, Jumat (10/2/2023).
Sebelum melakukan tindakan, Wirawan menjelaskan harus dilihat dulu apakah ada arus listrik pada bodi mobil. Pasalnya, tegangan arus tinggi yang berasal dari baterai dapat menyebabkan kematian.
“Sebelum melakukan pemotongan, kita cek dulu ada aliran listriknya atau tidak. Dulu kita punya alatnya namanya Tac Stick, jadi itu untuk mendeteksi apakah ada aliran listrik. Setelah itu, kita nggak bisa melakukan tindakan, kita harus mencari komponen untuk memutus aliran listrik secara manual,” ujar Agus.
Agus menyampaikan komponen tersebut ibarat MCB yang berfungsi menyalurkan arus listrik dari sumber ke rumah. Jika tidak, maka bahaya arus tegangan tinggi mengintai petugas karena mobil masih dialiri arus listrik.
“Setiap ada mobil listrik yang baru kita survey, cuma mau cari itu aja. Setiap mobil letaknya berbeda-beda soalnya. Kalau Wuling Air ev itu adanya di depan, sempit banget tempatnya, tangan saya saja nggak masuk. Kalau Nissan warnanya hitam jadi tidak terlihat, dia ada di samping jok depan, alasannya mempertahankan estetika,” ucapnya.
Agus memperingatkan untuk tak pernah memotong kabel yang mengarah langsung dari dan ke baterai yang biasanya berwarna oranye. Pasalnya, itu terdapat tegangan arus tinggi dan dapat membahayakan jiwa.
“Setiap pabrikan pasti sudah memikirkan penempatan baterai dan perangkat pendukungnya. Jadi kerusakan fatal pada bagian itu sangat minim. Tapi, kita juga harus hati-hati karena ini berkaitan dengan listrik tegangan tinggi,” ungkapnya.
(DES)