“Dari sisi nominal memang belum besar karena kami baru memulai ekspansi setelah rights issue II pada April 2021. Namun demikian, kami tetap bersyukur, selama pandemi, kami masih bisa mengoptimalkan fungsi intermediasi dengan tetap menjaga prinsip kehati hatian,” kata Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar di Jakarta (26/7/2021).
Prinsip hati hati dalam penyaluran kredit tercermin dari rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di level 0%. Dengan NPL sangat rendah, Bank Jago tidak perlu membentuk pencadangan dalam jumlah besar sehingga mampu menekan biaya kredit (cost of credit).
Pertumbuhan kredit mengerek pendapatan bunga sebesar 289% (yoy). Dengan beban bunga yang hanya meningkat 46%, perseroan mampu membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 423% menjadi Rp139 miliar. Hal ini berdampak pada penurunan rasio cost to income dari 289% pada Semester I 2020 menjadi 129% pada Semester I 2021. Kondisi ini turut mendongkrak rasio net interest margin (NIM) dari 4,1% menjadi 5% pada kurun yang sama. (TYO)