sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

BI: Kalau Kita Sangat Agresif Intervensi Rupiah, dalam Sekejap Cadangan Devisa Habis

Banking editor Jujuk Ernawati
12/11/2023 18:43 WIB
Bank Indonesia (BI) menegaskan cadangan devisa (cadev) akan habis jika sangat agresif digunakan untuk mengintervensi rupiah. 
BI: Kalau Kita Sangat Agresif Intervensi Rupiah, dalam Sekejap Cadangan Devisa Habis. Foto: Dok: MPI
BI: Kalau Kita Sangat Agresif Intervensi Rupiah, dalam Sekejap Cadangan Devisa Habis. Foto: Dok: MPI

IDXChannel - Bank Indonesia (BI) menegaskan cadangan devisa (cadev) akan cepat habis jika sangat agresif digunakan untuk mengintervensi rupiah. 

Direktur Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso mengatakan bahwa banyak yang menduga bank sentral habis-habisan melakukan intervensi di pasar spot, sehingga membuat cadangan devisa habis. Dia membantah hal tersebut. 

Denny mengungkapkan bahwa turnover di pasar spot sebesar USD2 miliar hingga 3 miliar sehari.

"Bisa dibayangkan kalau BI mati-matian atau sangat agresif, dalam sekejap cadev kita akan habis," kata dia dalam Editors Briefing di Sorong, Papua Barat, Sabtu (12/11/2023). 

BI selama ini menjaga cadev di atas standar kecukupan internasional, sekitar tiga bulan impor. Bahkan bank sentral menjaganya di atas standar, sekitar enam bulan. 

Sementara yang dilakukan BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, yakni dengan memberikan keyakinan kepada eksportir, importir, dan asing bahwa bank sentral selalu ada di pasar.

"Kondisi psikologis ini harus dijaga. Itu mengapa kita perlu SRBI, SVBI untuk menjaga suplai USD tetap terjadi. Di sisi lain, kita harus menjaga psikologis yang membutuhkan USD, yakni importir dan asing. Importir pasti butuh USD untuk beli barang," tuturnya. 

Dia menuturkan, saat rupiah mendekati angka Rp16.000 per USD beberapa waktu lalu, banyak importir baru yang membutuhkan USD satu bulan ke depan, memilih melakukan pembelian segera karena takut harga menjadi lebih mahal.  

"Saya bilang sama bank, coba bayangkan ketika ada outflow eksportir menunda penjualan dan importir mempercepat pembelian, ini cukup tegang tapi kembali lagi kita sampaikan bahwa kita ada di pasar," ujarnya. 

Dia menuturkan, BI stand by di pasar obligasi dan valas. Ini dilakukan supaya pelaku pasar tidak panik, baik eksportir, importir, maupun asing. 

"Menurut saya kondisi ini harus diciptakan karena importir pasti butuh USD, sehiggga psikologis mereka tidak panik akan membantu volatility tadi," ucapnya.

Denny menuturkan, BI rutin mengundang importir, ekportir, dan bank-bank tertentu untuk diksusi memberi keyakinan kepada mereka bahwa bank sentral ada di pasar. 

"Ini yang kita jaga supaya supply and demand tetap terjadi, sehingga ketika BI melakukan intervensi itu efektif untuk market tapi juga tidak membebani cadangan devisa kita," tuturnya. 

"Bayangkan USD2 miliar hingga 3 miliar sehari, enggak mungkin BI terus nomboki tapi itu yang kita atur supaya supply and demand terjadi," imbuh Denny.

Sebagai informasi, posisi cadangan devisa Indonesia pada Oktober 2023 turun menjadi USD133,1 miliar dari bulan sebelumnya sebesar USD134,9 miliar. Posisi cadangan devisa ini menjadi yang terendah sepanjang 2023. 

Adapun penurunan tersebut, terutama dipengaruhi pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu, untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. 
(RNA)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement