Indikatornya adalah loan at risk yang semakin terkendali, demikian juga kredit bermasalah yang semakin menurun, dan peningkatan kualitas penyaluran kredit secara prudensial.
Di sisi lain, biaya dana (cost of fund) juga menurun menyusul pertumbuhan dana murah (current account saving account/CASA) sebesar 13,3 persen menjadi Rp613,4 triliun (per September 2025), yang membuka ruang profitabilitas lebih besar.
"BNI telah menyelesaikan sebagian besar proses de-risking dan kini memasuki siklus kredit yang lebih sehat dan lebih menguntungkan," kata Razqi.
BNI mengombinasikan strategi de-risking dengan ekspansi ke segmen yang lebih tahan terhadap siklus ekonomi, seperti pembiayaan wholesale berisiko rendah, industri berorientasi ekspor, dan sektor hijau yang kini menjadi fokus strategis perseroan.
Arah positif ini sejalan dengan pandangan pasar bahwa BNI tengah kembali ke jalur pertumbuhan sehat setelah masa pemulihan yang panjang, sekaligus memperkuat nilai saham perseroan.
Mengutip Bahana, penurunan berkelanjutan CoC, risiko yang semakin terkendali, serta portofolio yang lebih bersih menjadikan BNI salah satu bank milik pemerintah dengan potensi peningkatan profitabilitas paling kuat dalam dua tahun ke depan.
(NIA DEVIYANA)