sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

OJK Ungkap Kondisi Sektor Jasa Keuangan RI usai Trump Resmi Kenakan Tarif 32 Persen

Banking editor Dinar Fitra Maghiszha
08/07/2025 10:10 WIB
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan di Indonesia masih terjaga di tengah tekanan ketidakpastian geopolitik global.
OJK Ungkap Kondisi Sektor Jasa Keuangan RI usai Trump Resmi Kenakan Tarif 32 Persen. (Foto Istimewa)
OJK Ungkap Kondisi Sektor Jasa Keuangan RI usai Trump Resmi Kenakan Tarif 32 Persen. (Foto Istimewa)

IDXChannel Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan di Indonesia masih terjaga di tengah tekanan ketidakpastian geopolitik global.

Sebab, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menerangkan, perekonomian Indonesia masih menunjukkan ketahanan yang kuat. Laju inflasi terus melandai, dengan inflasi inti pada Mei 2025 tercatat di level 2,37 persen.

"Selain itu, neraca perdagangan mencatatkan surplus cukup besar setelah sempat mengalami tekanan bulan sebelumnya. Kinerja ekspor menunjukkan perbaikan, terutama didorong oleh pertumbuhan positif pada ekspor produk pertanian dan manufaktur dalam tiga bulan terakhir,” ujarnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan yang digelar pada Selasa (8/7/2025).

Dia menjelaskan, lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia dan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dalam laporan terbarunya kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2025 dan 2026.

"Ketidakpastian geopolitik menjadi faktor utama yang masih membayangi prospek pemulihan ekonomi ke depan," katanya.

Dia menyebut, ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China mulai mereda seiring tercapainya kerangka kesepakatan dagang. Namun, tensi geopolitik kembali meningkat di kawasan Timur Tengah menyusul konflik antara Israel dan Iran yang disertai serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran.

“Tekanan terhadap pasar keuangan dan harga minyak mereda setelah gencatan senjata Israel dan Iran diberlakukan,” kata dia.

Lebih lanjut, Mahendra menyampaikan indikator ekonomi global saat ini menunjukkan tren moderasi dan sebagian besar di bawah ekspektasi sebelumnya. Hal ini turut mendorong arah kebijakan fiskal dan moneter global yang cenderung lebih akomodatif.

Di AS, lanjutnya, bank sentral AS atau Federal Reserve masih mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25 persen hingga 4,5 persen, sambil menunggu dampak kebijakan tarif terhadap inflasi.

“Meski outlook pertumbuhan ekonomi diturunkan, Bank Sentral Amerika, The Fed, masih belum menurunkan suku bunga,” katanya.

Oleh karena itu, kata Mahendra, OJK akan terus mencermati dan melakukan asesmen berkala atas dinamika geopolitik global yang berpotensi menimbulkan volatilitas di pasar keuangan dan mempengaruhi kinerja debitur sektor riil.

Di sisi lain, OJK juga meminta lembaga jasa keuangan untuk memperkuat asesmen risiko dan mengambil langkah mitigasi yang diperlukan.

(Dhera Arizona)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement