sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sebelum Rupiah, Indonesia Pernah Punya Uang Namanya RIS

Banking editor Rista Rama Dhany
30/08/2022 15:02 WIB
Sebelum penggunaan mata uang Rupiah, Indonesia sempat beberapa kali berganti mata uang, salah satunya RIS.
Sebelum Rupiah, Indonesia Pernah Punya Uang Namanya RIS (FOTO: Ilustrasi/MNC Media)
Sebelum Rupiah, Indonesia Pernah Punya Uang Namanya RIS (FOTO: Ilustrasi/MNC Media)

Karena uang RIS diberlakukan, maka Oeang Republik Indonesia (ORI) dinyatakan ditarik dari peredaran dan hilang sifatnya sebagai alat pembayaran yang sah, terhitung 1 Mei 1950. Penyeragaman mata uang ini dilakukan pula untuk menghapus peredaran berbagai jenis mata uang dengan nilai tukar berbeda-beda, seperti ORI dan ORIDA, bahkan “uang NICA”.

Untuk menekan inflasi dan mendorong ekspor dari pelaku usaha dalam negeri, lahirlah kebijakan moneter yang terkenal dengan istilah ‘’Gunting Sjafruddin’’. Istilah tersebut digunakan karena uang kertas lama De Javasche Bank (DJB) dan mata uang Hindia Belanda pecahan f5 ke atas digunting menjadi dua bagian. Bagian kiri uang yang digunting tetap berlaku sebagai alat pembayaran dengan nominal setengah dari nilai semula. Sedangkan bagian kanan uang yang digunting digunakan sebagai alat pinjaman obligasi dengan nilai setengah dari nilai uang semula.

Guntingan uang bagian kiri ini kemudian harus ditukarkan dengan mata uang baru dalam jangka waktu tertentu. Masa penukaran uang dibatasi hingga 21 Juni 1950 dengan batas penukaran per orang maksimum f50. Penukaran f1 RIS setara Rp125 ORI, sedangkan untuk ORIDA disesuaikan dengan kondisi tiap mata uang.

Dengan beredarnya uang RIS, berakhirlah kekacauan sirkulasi uang yang berlangsung sejak lama serta tercapai penyeragaman mata uang. Namun masalah tidak selesai begitu saja, pemerintah Indonesia tidak leluasa mengendalikan perekonomian sepenuhnya karena sirkulasi uang masih dipegang oleh DJB. 

Di mana saat itu DJB masih bergantung pada pemerintah Belanda. Tindakan nasionalisasi akhirnya diambil Menteri Keuangan Djojohadikusumo, termasuk masalah utang sesuai perjanjian KMB, tanpa menghiraukan Belanda.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement