Q: Bagaimana BNP Paribas Asset Management melihat kondisi perekonomian global yang terjadi saat ini? Poin-poin apa saja yang menjadi perhatian utama dalam mengelola dana investasi yang ada?
A: Kita tahu bahwa aktivitas investasi tidak akan pernah lepas dari dinamika internasional, karena semua nilai aset sangat bergantung pada kondisi perekonomian global. Dan yang menjadi concern di seluruh dunia saat ini, adalah bagaimana masing-masing negara melalui bank sentralnya dapat mengendalikan inflasi agar tidak sampai terjadi satu kondisi di mana pertumbuhan rendah tapi inflasinya tinggi. Kita menyebutnya dengan istilah stagflasi. Terjadi inflasi tapi pertumbuhan ekonominya stuck, atau malah turun. Jadi sebenarnya ini concern utama kita, bahkan juga concern utama seluruh bank sentral di seluruh dunia.
Lalu concern yang kedua, yang perlu menjadi perhatian kita semua, adalah bagaimana agar sebisa mungkin geopolitical tension yang terjadi saat ini tidak mengganggu rantai pasokan dunia, khususnya untuk pasokan makanan dan juga energi. Kalau kita melihat untuk pasokan makanan ini sepertinya sudah ada progress yang menggembirakan. Ada komitmen dari Rusia bahwa meski dalam kondisi perang, mereka tetap ikut menjaga pasokan gandum agar tetap lancar. Tapi untuk energi, kami belum melihat adanya titik terang. Belum ada solusi yang jelas.
Saya pikir salah satu concern para pemimpin dunia juga terkait hal ini, karena kalau sampai energi terputus dan mahal, maka upaya penurunan inflasi jadi berjalan lebih lambat. Karena di satu sisi kita masih tergantung pada pasokan energi yang sifatnya fossil fuel. Jadi untuk energy mixed belum bisa sepenuhnya menggantikan fossil fuel. Belum bisa kita andalkan.
Q: Lalu soal ketegangan geopolitik tadi, soal perang Rusia-Ukraina berikut dampaknya ke seluruh dunia, bagaimana BNP Paribas Asset Management melihatnya? Apakah bisa diharapkan bakal berakhir dengan segera? Atau justru akan terus bertahan dan tidak akan stabil dalam jangka waktu lama? Atau justru akan muncul equilibrium baru yang akan menjadi standar stabilitas perekonomian dunia yang baru?