IDXChannel - Konflik seakan menjadi makanan sehari-hari bagi warga Afghanistan, sejak Amerika Serikat (AS) melancarkan invasi ke negara sebagai bentuk pembalasan atas aksi terorisme hingga menyebabkan runtuhnya gedung World Trade Center di New York.
Alhasil, masyarakat Afghanistan harus melewati masa-masa sulit di negaranya sendiri, karena merebaknya konflik, terutama dengan Taliban. Sebuah studi yang dilakukan BMC Psychiatry dan dipublikasikan dalam artikel pada Juni 2021 menyebut, jika 64,67 % dari total warga Afghanistan paling tidak sudah pernah merasakan 1 kali kejadian traumatik di hidup mereka.
Sementara itu, 60,77 % warga pernah merasakan tindak kekerasan, terutama yang berhubungan dengan perang. Kemudian, 48,96 % warga dilaporkan sering merasakan trauma akibat banyaknya kekerasan yang diderita atau disaksikan.
Banyak cara dilakukan masyarakat Afghanistan dalam mengatasi trauma akan kejadian-kejadian pahit yang mereka alami. Monash University Australia mengadakan sebuah penelitian yang berjudul ‘Understanding the Mental Health and Wellbeing of Afghan Women in South East Melbourne’ pada 2010. Para peneliti melakukan wawancara dengan warga Afghanistan.
Untuk kaum perempuan, cara mengatasi trauma adalah dengan bercerita dengan suaminya. Lalu, berbagi cerita juga dengan keluarga dekat dan orangtuanya.