Pada periode yang sama, APLN membukukan pengakuan penjualan sebesar Rp1,06 triliun, turun 8,8 persen dari Rp1,16 triliun. Sementara itu pendapatan berulang perseroan juga menurun 13,1 persen dari Rp723,5 miliar pada semester I-2024 menjadi Rp629 miliar pada periode sama tahun ini.
"Divestasi Hotel Pullman Vimala Hills memang berdampak langsung terhadap pendapatan perseroan. Tapi, hasil dari divestasi itu justru memperkuat fundamental APLN mengingat dananya dipakai untuk membangun hotel baru di Bali dan juga melunasi sebagian utang," ujar Justini.
Lebih lanjut, saat ini, seluruh utang perseroan berada dalam mata uang rupiah, dengan jatuh tempo terdekat pada tahun 2027. Dengan adanya pelunasan seluruh utang dalam mata uang asing, APLN terbebas dari risiko fluktuasi nilai tukar dan beban biaya bunga yang tinggi.
"Langkah efisiensi keuangan terus kami lakukan untuk menjaga likuiditas dan daya saing produk-produk APLN di pasar. Kami optimistis hingga akhir tahun kinerja perusahaan akan terus bertumbuh dengan fundamental bisnis yang semakin kokoh," ujarnya.
(Dhera Arizona)