Selain persoalan akurasi, Bima juga menyoroti keterbatasan AI dari sisi eksekusi dan keandalan waktu kerja. Dia menceritakan pengalamannya saat meminta AI melakukan crawling pemberitaan terkait klien dalam kurun waktu enam bulan terakhir.
Menurut Bima, pekerjaan tersebut seharusnya dapat diselesaikan secara manual oleh satu orang staf humas dalam waktu satu hari. Namun, ketika tugas tersebut diberikan kepada AI, justru muncul kendala yang tidak terduga. Hingga tenggat waktu yang ditentukan, hasil pekerjaan tersebut tidak kunjung diserahkan.
"Itu sebabnya menurut saya kita ini ada di persimpangan," ujarnya.
Bima menyebut munculnya fenomena AI FOMO membuat banyak pihak mengira AI akan segera menggantikan mesin pencari seperti Google. Padahal, berdasarkan data terbaru, volume pencarian Google masih jauh lebih besar dibandingkan AI berbasis percakapan.
"AI banyak misakurasinya. Jadi kalau menurut saya, sebelum kita FOMO dengan AI, ada beberapa hal yang kita perlu perhatikan. Menurut saya, sekarang ini, at least now, mungkin 1-2 tahun ke depan, AI belum akan menggantikan Google," kata dia.
(NIA DEVIYANA)