IDXChannel - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati melaporkan bahwa neraca pembayaran Indonesia membaik. Bahkan, APBN di akhir tahun 2022 dihitung defisit di 2,49%.
"Jika dilihat, APBN didesain awalnya dengan defisit 4,5 persen, jadi ini defisitnya 2 persen lebih rendah dengan adjustment yang makin menguat. Itu luar biasa untuk perekonomian," ujar Sri dalam Outlook Perekonomian Indonesia 2023 di Jakarta, dikutip Kamis (29/12/2022).
Hal ini juga memang didorong oleh penerimaan negara yang bagus, yang juga karena ada faktor komoditas dan adanya transformasi ekonomi yang menyebabkan ekonomi RI memiliki nilai tambah yang lebih banyak dan menjadi sumber penerimaan negara yang cukup signifikan.
"Pak Presiden sering mengatakan yang di Morowali katanya mendapatkan banyak sekali fasilitas fiskal dan memang ada fasilitas fiskal tax holiday, namun kita mendapatkan penerimaan negara lebih dari Rp14 triliun, baik itu dari pajak, bea keluar, dan lain-lain," ucap Sri.
Sehingga, lanjut dia, ini menyebabkan nilai tambah aktivitas dalam perekonomian RI yang kemudian menghasilkan penerimaan pajak dan memperkuat APBN.
"Jadi pilar di dalam makroekonomi itu neraca pembayaran, APBN, moneter, dan sektor riil-nya. Ini yang akan kita coba terus perbaiki untuk memasuki tahun 2023 yang makin sulit untuk diprediksi," ucap Sri.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati melaporkan bahwa posisi APBN per 14 Desember 2022 dari sisi keseimbangan primer mengalami surplus Rp129 triliun. Namun, overall postur APBN 2022 sudah defisit sebesar Rp237,7 triliun.
"Defisit ini jauh lebih kecil dari yang diindikasikan atau direncanakan dari yang tertuang dalam Perpres 98 tahun 2022, atau semula Rp840,2 triliun," ucapnya.
Dia menilai, angka defisit ini jauh lebih kecil dari Perpres dan jauh lebih kecil dibandingkan defisit tahun lalu di posisi 14 Desember 2021 sebesar Rp617,4 triliun.
Secara persentase PDB, defisit APBN per 14 Desember 2022 adalah sebesar 1,22%. Tahun lalu, defisitnya 3,64% dari PDB. Total dari Perpres 98 tahun 2022 adalah 4,5% untuk indikasi defisitnya.
"Dengan situasi defisit ini dan pembiayaan yang mengalami penurunan drastis akibat defisit menurun drastis, menggambarkan APBN kita makin menjadi sehat kembali," ungkap Sri.
Realisasi pembiayaan Rp469,8 triliun hingga 14 Desember jauh lebih rendah 28,5% dibandingkan posisi pembiayaan tahun lalu sebesar Rp656,8 triliun. "Ini juga jauh lebih rendah dibandingkan posisi Perpres 98 yaitu sebesar Rp840,2 triliun," tandas Sri.
(SLF)