Albanese mengatakan, kesepakatan mineral tanah jarang ini akan menghasilkan proyek senilai USD8,5 miliar atau sekitar Rp140 triliun di Australia.
Australia memiliki cadangan lithium, kobalt, dan mangan serta logam tanah jarang yang melimpah. Mineral-mineral tersebut merupakan bahan baku berbagai produk, mulai dari chip semikonduktor hingga perangkat keras pertahanan, mobil listrik, dan turbin angin. (Wahyu Dwi Anggoro)