Yukki juga menghendaki adanya kolaborasi bersama dengan swasta dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam membangun ekosistem. Jangan sampai justru bersaing dengan perusahaan kecil.
“Kuncinya berkolaborasi besar dengan swasta. Ibaratnya akan besar kalau bisa dilakukan kolaborasi. Jadi merger ini lebih down to earth. Mengajak ekosistem bersama. Banyak Pelindo harus fokus tertentu tapi UKM juga harus jadi perhatian. Mendukung usaha kecil di lingkungan masing-masing. Perusahaan BUMN memberikan dampak positif terhadap keseluruhan ekosistem,termasuk para UMKM,” ucapnya.
Yukki yang juga menjabat Chairman Asean Freight Forwarder Association (AFFA) itu mengatakan, dengan merger Pelindo juga bisa diharapkan mampu menarik investasi di sektor transportasi, logistik dan kepelabuhan di Indonesia guna mendongkrak pertumbuhan Ekonomi (GDP) nasional bisa diatas 7%, sebagaimana yang dicanangkan Pemerintah RI.
“Dengan merger dan integrasi sistem pelayanannya, Pelindo telah duduk sebagai operator pelabuhan terbesar secara global di posisi 8 besar dari total throughput-nya. Tetapi, ambisi tersebut jangan berhenti di situ saja. Dengan demikian pasca merger, dampak operasional Pelindo tidak hanya bangga menjadi nomor 8 tapi sepuluh tahun mendatang menjadi 5 besar. Itu apa yang jadi harapan visioner,” tuturnya.
Yukki menjabarkan, penyatuan BUMN Pelindo itu mendapat reaksi positif dari market, baik di dalam maupun di luar negeri. Market secara general yang namanya corp action seperti merger and acquisition itu ditunggu-tunggu oleh publik karena efek dominonya banyak, setelah itu dan rencana merger Pelindo ini sudah cukup lama.