Melihat kebiasaan konsumen selama pandemi, menurut Yuswo konsep 'takeaway-delivery' dapat membatasi pengeluaran konsumen. Artinya, customer akan memilih makanan sesuai yang dibutuhkan dalam pesanan yang akan dibawa pulang.
"Kalau takeaway itu volume (pemesanan) nya menjadi lebih kecil karena pola pembeliannya rasional. Orang kalo takeaway-delivery kebiasaanya itu rasional, ya bahasa gampangnya ngirit, beli ini ya ini, ga akan nambah dan sudah pasti," ungkap Yuswo.
Sedangkan konsep 'dine-in' justru memperbesar peluang bertambahnya pengeluaran konsumen, yang berarti saat makan di tempat, pengunjung dimungkinkan dapat menambah pesanannya.
"Kalau dine-in, misal setengah jam, sejam, 2 jam, sambil ngobrol itu ngedrain demand, jadi pengennya makan ini, tiba-tiba nambah lagi, minum lagi, sehingga besar marketnya," jelasnya.
Yuswo memahami bahwa pelarangan 'dine-in' memangkas omset para pelaku bisnis kafe-resto yang tidak hanya menyediakan makanan tetapi juga fasilitas publik untuk berbincang.