Sistem-sistem tersebut memiliki fungsinya masing-masing dimana gas buang dari hasil pembakaran akan disalurkan ke sistem-sistem tersebut sehingga kandungan berbahaya dari gas buang tersebut, seperti Nitrogen Oksida (NOx), Sulphur Dioksida (SO2), partikulat padat, dan lainnya dapat dikurangi sampai batas aman atau bahkan dihilangkan.
Tak sampai di situ, PLTU Suralaya juga mengimplementasikan teknologi mutakhir untuk mengurangi polusi akibat dari pembakaran batu bara. Sebut saja sistem boiler pada proyek ini menggunakan teknologi low NOx Burner. Low NOx burner ini menggunakan system yang dapat mengontrol campuran udara dan bahan bakar sehingga menghasilkan kandungan Nitrogen Oksida (NOx) yang rendah. NOx merupakan salah satu gas yang berbahaya apabila dilepas ke atmosfer dan dihirup manusia.
Setelah itu, gas hasil pembakaran batu bara dari boiler kemudian disalurkan ke Selective Catalytic Reduction (SCR) system. Pada sistem ini, gas buang akan diinjeksi dengan ammonia menggunakan ammonia injection system. Proses ini menghasilkan reaksi kimia antara amonia dan N0x sehingga gas buang bersih dari kandungan N0x.
“Selanjutnya gas buang disalurkan menuju Electrostatic Precipitator (ESP). Tujuan ESP ini adalah untuk menyaring partikulat-partikulat padat hasil pembakaran batu bara agar tidak terbuang ke udara. System ESP ini menghasilkan medan elektrostatik yang memungkinkan partikulat dari gas buangan tersebut tertarik dan menempel di anoda yang ada di ESP. Partikulat yang tertarik kemudian dikumpulkan untuk di-treatment lebih lanjut,” imbuh Ferry.
(DES)