Sementara untuk faktor turunan demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro.
Harga batu bara sendiri sempat berada pada level USD280 per ton, rekor tertinggi sejak 2008. Sekadar diketahui, sejak akhir 2020 secara tahunan harga komoditas batu bara Indonesia naik hingga 200 persen.
Namun, di tengah melonjaknya komoditas ini diprediksi harga batu bara akan terus turun di masa depan seiring makin ditinggalkannya energi ini. Pasalnya, energi baru baru dianggap biang kerok polusi udara di banyak negara.
Indonesia sendiri sudah berkomitmen untuk tidak lagi menambah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, Indonesia saat ini menargetkan mencapai net zero emission pada tahun 2060 atau lebih awal dan menghilangkan penggunaan batubara pada tahun 2040 atau lebih awal.