Sementara pada sisi pemasaran, UMKM sering mengalami keterbatasan akses pasar, minimnya keahlian strategi pemasaran, hambatan regulasi dan birokrasi, citra merek yang lemah, persaingan ketat dengan brand besar, serta kecenderungan mengelola semua lini usaha secara mandiri.
Untuk menjawab tantangan tersebut, berbagai langkah konkret dapat dilakukan, di antaranya mengikuti pelatihan dan pendampingan, mengembangkan produk inovatif dengan kualitas terjaga, serta melengkapi legalitas usaha dan produk.
Strategi lainnya dengan mendesain kemasan yang menarik dan aman, menjalin kerja sama dengan pembiayaan bunga rendah, membeli bahan baku dari sumber pertama agar harga kompetitif, menetapkan harga eceran yang tepat (HET), meningkatkan kapasitas dan konsistensi produksi.
Selain itu, perlu menguji daya tahan produk dengan masa kedaluwarsa minimal 12 bulan, memanfaatkan media digital, serta aktif berpartisipasi dalam pameran dan business matching.
Angga juga menyoroti potensi kerja sama B2B melalui skema putus returnable, konsinyasi, atau private label. Keuntungan bagi UMKM meliputi penyesuaian target pasar yang lebih tepat, proses komunikasi dan koordinasi yang lebih cepat, regulasi yang lebih sederhana dibanding ekspor, efisiensi biaya logistik, serta peluang peningkatan produktivitas.