Sebelum diusir, Silmy membeberkan alasan utama penghentian proyek Blast Furnace yang dikelola KRAS. Perkaranya karena perusahaan mengalami kerugian berarti.
Kerugian terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara kapasitas fasilitas hulu (ironmaking and steelmaking) dan kapasitas fasilitas hilir (rolling), membuat perusahaan harus mengimpor bahan baku. Lalu, perusahaan memproduksi baja setengah jadi dengan harga yang tinggi dan berfluktuasi.
Persoalan lainnya, terkait dengan kenaikan harga hingga keterbatasan jumlah energi seperti listrik dan natural gas. Perkara ini mendorong KRAS untuk mengambil langkah efisiensi berupa mencari energi alternatif lain. Lalu, tidak efektifnya proyek Blast Furnace pun lantaran tidak adanya fasilitas basic oksigen furnace.
"Jadi kita ingin dalami, kita ingin investigasi kenapa blast furnace yang ada saat ini harus dihentikan, kalau alasan rugi apakah ruginya sedemikian? apakah lebih merugi mana, rugi dihentikan ataukah membuat baru? ini kan sesuatu yang unik," ungkap Bambang. (TYO)