IDXChannel - Bank Indonesia (BI) diproyeksikan mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 4,75 persen dalam pengumuman Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada siang hari ini.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky menjelaskan, keputusan BI untuk menahan suku bunga didorong oleh beberapa faktor krusial, terutama tekanan eksternal dan kekhawatiran domestik.
"Dalam situasi ini, mempertahankan suku bunga kebijakan di level 4,75 persen akan memberikan acuan yang diperlukan. Mempertahankan suku bunga akan membantu membatasi tekanan pada mata uang dan memperkuat kepercayaan terhadap kemandirian kebijakan Bank Indonesia,” ujarnya dalam Laporan Seri Analisis Makroekonomi RDG BI November 2025, dikutip Rabu (19/11/2025).
Saat ini, kata dia, inflasi mulai meningkat dan berpotensi naik seiring dengan puncak permintaan musiman. Di sisi lain, adanya arus keluar portofolio dan pelemahan rupiah menegaskan pentingnya menjaga stabilitas eksternal.
Selain itu, meningkatnya kekhawatiran tentang risiko fiskal dan quasi-fiskal turut memengaruhi sentimen investor terhadap sinyal kebijakan BI.
Inflasi tahunan pada Oktober 2025 tercatat sebesar 2,86 persen (year-on-year/yoy), naik dari 2,65 persen pada bulan sebelumnya. Meskipun menjadi tingkat tertinggi sejak April 2024, angka tersebut masih berada dalam rentang target BI (1,5 persen–3,5 persen).
Kenaikan inflasi didominasi oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau (kontribusi 1,43 persen), serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya (0,77 persen). Lonjakan harga pangan, gangguan pasokan, dan kenaikan harga emas yang berkelanjutan menjadi pendorong utama inflasi.
"Seperti yang diamati selama 26 bulan berturut-turut, harga emas terus naik pada paruh pertama Oktober, mencapai level rekor tertinggi sebelum perlahan-lahan menurun,” ujar Riefky.
Menurutnya, fenomena menarik terjadi di pasar modal, meskipun Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) telah menurunkan kisaran target suku bunga kebijakannya sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen hingga 4 persen pada Oktober 2025, penurunan kedua berturut-turut tahun ini.
Alih-alih menarik modal masuk (seperti kondisi normal), Indonesia justru mengalami aliran modal keluar yang berkelanjutan.
“Antara pertengahan Oktober dan pertengahan November, aliran modal keluar bersih sebesar USD950 juta tercatat di pasar obligasi dan saham Indonesia, yang hampir sepenuhnya disebabkan oleh penjualan oleh investor asing di pasar obligasi pemerintah,” ujarnya.
(Dhera Arizona)