IDXChannel - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mencatat total dana pungutan ekspor sawit hingga Mei 2023 mencapai Rp186,6 triliun.
Direktur utama BPDPKS Eddy Abdurrachman mengungkapkan, mayoritas penggunaan dana pungutan itu untuk mensubsidi program biodiesel, bauran bahan bakar solar dengan minyak sawit yaitu B35.
"Sampai saat ini, penyaluran biodiesel sudah 48,19 juta kiloliter dengan jumlah dana tersalur Rp 146,56 triliun. Jadi memang belanja terbesar BPDPKS untuk biayai biodiesel, tapi ini manfaatnya begitu besar," ujar dia di Jakarta, Senin (26/6/2023).
Selain itu, sambung Eddy, dana pungutan juga digunakan untuk membiayai program peremajaan sawit rakyat. Ia mengungkapkan bahwa sesuai namanya, program itu diimplementasikan untuk meremajakan baik kebun-kebun sawit yang kurang produktif karena usianya sudah terlalu tua maupun kebun yang dahulunya ditanam dari bibit yang eligity.
"Sampai saat ini sudah tersalurkan dana Rp7,78 untuk mendanai pelaksanaan peremajaan 282.409 lahan sawit yang tersebar di 21 provinsi dan melibatkan 124.152 pekebun. Peremajaan sawit ini dilakukan untuk tanaman-tanaman sawit yang sudah dianggap tidak produktif," paparnya.
Lebih lanjut Eddy menyampaikan program yang juga menggunakan dana pungutan ekspor yaitu dukungan penyediaan sarana prasarana ke 26 lembaga pekebun, baik itu poktan, gapoktan, maupun koperasi dengan total dana tersalurkan Rp72,3 miliar.
Kemudian, himpunan dana dari pungutan ekspor sawit juga dimanfaatkan oleh BPDPKS untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM). Program tersebut diimplementasikan dengan menggelar sederet pelatihan dan penyuluhan kepada petani-petani sawit.
Bahkan, Eddy menuturkan BPDPKS turut mengimplementasikan program pengembangan SDM dengan menyalurkan beasiswa bagi anak-anak petani sawit baik itu di level akademi maupun vokasional dan direncanakan meningkat hingga ke tahap strata 1.
"Untuk pelatihan kita kerja sama dengan Ditjen Perkebunan telah melatih 11.088 pekebun hingga kini. Lalu untuk beasiswa program D1 sudah meluluskan 1.700 mahasiswa dan D3 630 mahasiswa, sedangkan dana yang tersalur Rp356,52 miliar," ujarnya.
Eddy berharap, dengan adanya pengembangan SDM lewat pelatihan, penyuluhan, hingga program beasiswa, para petani sawit rakyat mampu meningkatkan keterampilan dan kemampuan mereka untuk mengelola perkebunan dengan baik.
"Tujuan kami agar pekebun bisa meningkatkan skill dan mengelola perkebunan sawit sesuai praktik yang baik setara dengan kebun sawit swasta," imbuhnya.
BPDPKS pun dalam Perpres Nomor 61 Tahun 2015 turut mendapat amanat untuk melakukan penelitian dan pengembangan. Eddy mengatakan pihaknya menggandeng berbagai lembaga penelitian, termasuk dari perguruan tinggi untuk menggarap program tersebut.
Hingga kini, tercatat BPDPKS sudah melakukan sebanyak 293 penelitian, dimana sebanyak 243 penelitian sudah diselesaikan dan lima diantaranya telah dibukukan. Bahkan, sebanyak 50 penelitian juga sudah dipatenkan. Total penyaluran dana untuk program itu sendiri mencapai Rp519,67 miliar.
"Kita juga punya program lomba riset nasional yang mengikutsertakan mahasiswa untuk meneliti sawit. Sejak dini, kita coba teman-teman mahasiswa untuk meneliti sawit dan ikut serta dalam penyediaan terkait sawit tadi," terangnya.
Sedangkan program yang memakan alokasi paling besar dari pungutan ekspor adalah penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati dalam bentuk biodiesel. BBN itu berasal dari sawit yang kemudian akan dicampur dengan BBM jenis solar.