"Tau MRT, tau TransJakarta, tau LRT, mohon maaf, itu pelayanan yang diberikan hanya kepada masyarakat yang ada di Jabodetabek, kita (Pelni) berbicara Indonesia lho. Nah, nanti bisa tahu anggaran MRT berapa, anggaran kami berapa, kami hanya diberikan Rp 2 triliun untuk urusi seluruh Indonesia," ujar Sukendra saat ditemui di kapal KM Kelud, Minggu (5/9/2021).
Saat ini BUMN di sektor transportasi laut itu tengah menghadapi kendala pembiayaan. Padahal, disisi penugasan, perseroan harus meningkatkan pelayanan 26 penumpang dengan kapasitas 500 hingga 3.000 seat.
Manajemen pun dituntut melakukan transdormasi di sisi digital. Misalnya memaksimalkan layanan internet di kapal hingga menggunakan sistem e-tiket. Belum juga biaya perbaikan kapal yang membutuhkan anggaran besar. Malangnya, upaya pembaharuan itu harus dibenturkan dengan permasalahan pendanaan.
"Pelayanannya ingin meningkat terus, kita juga ngikutin teknologi digital, tapi batasan anggaran menjadi sebuah problem yang miris. Artinya, menggunakan logis, pelayanan harga sebuah bus dan harga sebuah kapal termasuk maintenence-nya di compare aja, jauh lebih ekspansif, harga piston kami itu 1 itu Rp 2,5 miliar," katanya.
Sejak 2015 lalu, Pelni sudah menerima penugasan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk mengoperasikan 45 kapal multi port atau perintis. Kapal jenis ini merupakan kapal penumpang berkapasitas 500 orang yang melayari pulau-pulau dengan kategori terpencil, terdepan, tertinggal dan perbatasan (3TP). Sementara kapal berkapasitas 3.000 seat difokuskan untuk konektivitas antara pulau di Indonesia dengan rute tempuh jarak jauh.