IDXChannel - Pemberlakuan PPKM Darurat, PPKM level 3 dan 4 dalam satu bulan terakhir berdampak pada perekonomian masyarakat. Alhasil, pekerja juga terkena imbasnya, mulai dari dirumahkan atau bisa juga mengarah ke pemutusan hubungan kerja (PHK). Kisah dari pekerja untuk bertahan dalam gempuran ekonomi yang tidak pasti ini beragam dan mereka menaruh harapan di masa sulit ini.
Maka itu, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) kembali memberi bantuan langsung tunai atau BLT Subsidi Gaji Rp1 juta untuk mengurangi dampak PHK dan meningkatkan daya beli masyarakat dengan total anggaran Rp8,8 triliun menjadi angin segar bagi para pekerja.
Sebanyak 8,7 orang akan mendapat manfaat BLT subsidi gaji ini bagi yang terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan. Bagi masyarakat yang sedang terdampak pandemi, bantuan ini bagaikan rezeki nomplok mengingat kebutuhan pokok yang harus dipenuhi atau dilunasi.
Namun, baiknya BLT subsidi gaji digunakan dengan bijak. Founder OneShildt Financial Independence, Risza Bambang CFP mengatakan, jika dilihat dari tujuan pemerintah memberi dana BLT ini, maka seharusnya dipakai untuk menambal beban kebutuhan pokok.
Risza menyebutkan ada prioritas-prioritas utama yang perlu diperhatikan dalam mengelola dana BLT subsidi gaji, diantaranya:
- Dipakai untuk pos-pos pengeluaran kebutuhan pokok:
Dana bantuan subsidi gaji Rp1 juta bisa digunakan untuk kebutuhan primer atau utama misalnya belanja makanan atau dapur, belanja rumah tangga, bayar listrik serta biaya rutin dan wajib lainnya. Menurut Risza, dana ini tidak disarankan untuk dipakai membiayai pos pengeluaran sekunder, apalagi untuk membiayai anggaran keinginan yang bukan kebutuhan pokok atau wajib.
- Membayar cicilan rutin:
Jika semua biaya pos pengeluaran sudah terpenuhi bisa juga untuk membayar cicilan pokok yang rutin dan wajib. Beda dengan yang belum berkeluarga, pekerja yang sudah mempunyai keluarga bahkan anak pasti menggunakan dana subsidi gaji ini untuk menutupi cicilan lainnya.
- Tidak disarankan investasi:
Target dana subsidi gaji adalah segmen pasar yang terkena dampak signifikan secara negatif atas pendapatan. Risza mengatakan rasanya kurang bijaksana jika BLT dipakai investasi atau membiayai pengeluaran berdasarkan keinginan. Apalagi tentunya pemerintah memberikan BLT ini untuk dipergunakan secara bijaksana mungkin oleh penerima, dengan harapan akan menggerakkan roda ekonomi.
Risza Bambang menyarankan uang BLT dibelanjakan membiayai kebutuhan pokok secara bijaksana, bukan untuk dijadikan investasi.
- Membayar sebagian outstanding utang:
Risza secara personal tidak menyarankan untuk investasi, pun menyimpan dana darurat lewat reksa dana misalnya. Akan lebih berharga jika disumbangkan ke saudara, tetangga atau orang-orang terdekat yang lebih membutuhkan.
"Ini saatnya kita bersatu untuk memerangi covid-19 sehingga kepentingan bersama akan jauh lebih positif daripada pribadi," tukasnya.
Jika berlebih, dana BLT juga bisa dibagi sesuai porsi gaya hidup dan pastinya jangan tergiur untuk langsung membelanjakannya. (FHM)