"Disposable income dari konsumen ojol juga tergerus oleh harga pangan. Ditambah lagi mobilitas masih belum kembali ke pra pandemi. Ini nanti akan berdampak pada pendapatan driver," imbuh pria berkaca mata itu.
Papar Bhima, data Google Mobility di Jakarta per 10 agustus 2022 menunjukkan tingkat pergerakan masyarakat ke ritel atau pusat perbelanjaan masih minus 11%, ke stasiun transit minus 24% dan ke perkantoran minus 7%.
Sementara persaingan juga semakin ketat karena banyak pekerja formal yang beralih ke driver ojol akibat tekanan pandemi.
"Jadi kenaikan tarif seolah membantu pendapatan driver tapi sebenarnya bisa blunder," tegasnya.
Ia juga menilai, kenaikan tarif ojol akan berimbas pada kenaikan biaya pengiriman makanan dan barang. Sebab, kata dia, jika tarif antar penumpang naik, otomatis semua jenis layanan lainnya akan ikut naik.