Demi mencegah masuknya mutasi varian Delta atau varian baru lainnya, pemerintah telah memonitor dan melakukan genome sequencing secara rutin.
“Semua dimonitor sekarang oleh jaringan 12 lab yang dibentuk di awal 2021 ini. Dengan demikian, kita bisa memonitor varian-varian apa yang ada di Indonesia dan bagaimana mutasinya,” kata Menkes Budi.
Dia menjelaskan, strategi deteksi surveilans penting untuk mengidentifikasi jika ada varian baru. Sebab, varian baru itulah yang bisa membuat gelombang berikutnya.
“Sekarang varian yang paling kuat adalah Delta, yang paling dominan, dan kita beruntung kita sudah melampaui puncaknya varian Delta, sehingga imunitas masyarakatnya paling tidak sudah ada. Yang dikhawatirkan adalah adanya Delta Plus atau AY.4.2, tetapi kalau kita lihat mutasi-mutasi yang terjadi di AY.4.2 itu juga sudah terjadi di AY.23 yang ada di Indonesia. Jadi, Insya Allah seharusnya kita lebih tahan,” ujar dia.
Meski begitu, pemerintah tetap melakukan antisipasi untuk mencegah kemungkinan adanya gelombang ketiga. Termasuk menjaga ketat perbatasan-perbatasan negara, memperkuat testing dan tracing, mempersiapkan rumah sakit, vaksinasi, hingga memperkuat protokol kesehatan 3M di masyarakat.
(IND)