Beda lagi dengan Garuda Indonesia, Piter mengatakan justru masalah ada di perusahaan maskapai itu karena tidak produktif.
"Yang jadi masalah ketika perusahaan itu tidak produktif, Garuda utangnya besar, kewajibannya begitu besar, mereka tidak bisa menghasilkan sekarang ini karena pandemi, ya kan penggunaan dari pesawat itu terhenti, mereka tidak ada aliran cash flow," katanya.
Diketahui Garuda Indonesia tengah mengalami kesulitan keuangan imbas berbagai masalah dan dampak pandemi Covid-19. Utang perseroan hingga kini terus menumpuk mencapai Rp70 triliun, dan diperkirakan terus bertambah Rp1 triliun tiap bulannya.
Wakil Menteri BUMN Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan, utang ini disebabkan karena biaya sewa (leasing) pesawat yang di luar batas wajar, jenis pesawat yang terlalu banyak, dan rute penerbangan yang tidak menguntungkan.
Dengan kata lain, jalan keluar mengatasi masalah utang BUMN memang dengan cash flow yang sehat. Piter juga menegaskan kita harus memisahkan perusahaan BUMN yang sehat dan yang menjadi masalah. Ia menyebut utang besar namun rasio kekayaan besar adalah contoh perusahaan sehat.