sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ekonomi AS Sedang Tidak Baik-Baik Saja, Ini Sejumlah Tandanya

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
28/04/2023 13:38 WIB
Perekonomian negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) tengah mengalami sejumlah tanda pelemahan selama kuartal pertama tahun ini.
Perekonomian negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) tengah mengalami sejumlah tanda pelemahan selama kuartal pertama tahun ini. (Foto: MNC Media)
Perekonomian negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) tengah mengalami sejumlah tanda pelemahan selama kuartal pertama tahun ini. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Perekonomian negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) tengah mengalami sejumlah tanda pelemahan selama kuartal pertama tahun ini.

Serangkaian data ekonomi AS menunjukkan kekhawatiran, ditambah serangkaian kejadian yang membebani prospek pertumbuhan ke depan.

Sejumlah tanda-tanda ekonomi AS lesu terpantau dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih rendah, isu default utang luar negeri yang menggemparkan, serta keyakinan bisnis dan konsumen yang juga melemah.

Inflasi, di sisi lain, juga masih belum sepenuhnya terkendali di kisaran target bank sentral. Terlebih, The Federal Reserve (The Fed) dianggap tak menunjukkan progress dari serangkaian kebijakan pengetatan moneternya.

Selain itu, peristiwa kolapsnya tiga institusi perbankan di AS menambah pelik konstelasi makro negeri Paman Sam.

1. Ekonomi Tumbuh Lemah

Berdasarkan data terbaru, ekonomi AS hanya tumbuh 1,1% tahunan pada Q1 2023. Ini jauh lebih lambat dari kuartal sebelumnya sebesar 2,6% dan meleset dari ekspektasi pasar yang memproyeksikan pertumbuhan 2%. Angka ini juga jauh di bawah ekspektasi konsensus di Wall Street sebesar 1,9%.

Data ini juga menjadi laju ekspansi terlemah sejak Q2 2022. Mengutip Trading Economics, ini karena pertumbuhan investasi bisnis melambat dan kenaikan suku bunga terus merugikan pasar perumahan.

Investasi tetap residensial mengalami kontraksi selama 8 periode berturut-turut yakni minus 4,2% versus minus 25,1% pada kuartal empat tahun lalu.  Pada saat yang sama, pertumbuhan investasi tetap nonresidensial melambat tajam ke level 0,7% dibanding 4% pada kuartal sebelumnya.

Angka pertumbuhan ini menjadi anomali di mana pertumbuhan belanja konsumen meningkat menjadi 3,7% dibanding 1% pada kuartal akhir 2022.

Meskipun inflasi tetap tinggi, belanja publik tetap meningkat lebih cepat sebesar 4,7%

Permintaan eksternal bersih juga memberikan kontribusi positif terhadap PDB karena ekspor meningkat lebih dari impor.

2. Gonjang-Ganjing Default Utang

Utang negeri Paman Sam dilaporkan akan mengalami risiko gagal bayar (default).

Data dari Kementerian Keuangan per 31 Maret mencatat, utang AS tembus ke level USD31,45 triliun dan menjadi yang terbesar di dunia.

Dorongan untuk menaikkan plafon utang pemerintah terus bergema di Kongres AS. Perkembangan terakhir, Ketua DPR AS Kevin McCarthy berhasil meloloskan rancangan Undang-Undang (UU) batasan utang. Ini menjadi upaya bagi Gedung Putih menghindari default. 

Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada hari Selasa (25/4) juga memperingatkan jika plafon utang pemerintah tak dinaikkan, akan berdampak pada gagal bayar utang.

Selanjutnya jika tak disahkan, ini akan berpotensi mendatangkan malapetaka ekonomi yang akan mendorong suku bunga AS lebih tinggi untuk tahun-tahun mendatang.

Dalam RUU utang AS, Kongres berencana menaikkan plafon utang sebesar USD1,5 triliun, untuk menunda gagal bayar utang hingga 31 Maret 2024.

Sebagai imbalan, Partai Republik menuntut pemotongan anggaran sebesar USD4,8 triliun untuk operasional permintaan Biden.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement