Meski demikian, Josua mengingatkan risiko global tetap perlu diantisipasi, seperti fluktuasi harga komoditas, kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat (AS), serta pelemahan permintaan dunia.
“Digitalisasi dan ekonomi hijau menjadi peluang ekspansi baru, tetapi pemerintah tetap harus menjaga konsumsi dan mempercepat investasi strategis,” katanya.
Senada dengan Josua, Ekonom Senior Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2026 akan berada di atas 5 persen. Namun, dia menekankan pentingnya kehati-hatian dalam menjaga kualitas pertumbuhan.
Dia menerangkan, hilirisasi disebut sebagai tahap awal dalam strategi pembangunan industri nasional. Setelah berhasil mendorong nilai tambah melalui hilirisasi berbasis komoditas, Indonesia perlu memasuki fase selanjutnya, yakni mengembangkan industrialisasi baik di sisi upstream maupun downstream.
Meskipun sektor tambang kerap menjadi low-hanging fruit karena cepat memberikan hasil, ketergantungan pada satu sektor tidak cukup untuk menciptakan fondasi ekonomi yang tangguh.