IDXChannel - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengklaim, ekonomi Indonesia tumbuh solid di atas 5 persen pada satu tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Menurutnya, pertumbuhan ini menjadi yang tertinggi di antara negara-negara G20.
"Saya ingin menyampaikan hal yang terkait dengan capaian satu tahun pemerintahan, di mana dalam satu tahun pemerintahan yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto, Indonesia tetap tumbuh solid dan ketumbuhannya di atas 5 persen, kuartal II di 5,12 persen, dan ini adalah satu yang tertinggi di antara negara-negara G20," kata Airlangga.
Meski begitu, Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, memberikan sejumlah catatan. Ia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan tanda-tanda pelemahan sepanjang 2025.
Huda menyoroti ekonomi hanya tumbuh 4,87 persen pada kuartal I-2025, relatif rendah mengingat periode tersebut bertepatan dengan momentum Ramadan dan Lebaran.
"Triwulan II-2025 meskipun diklaim tumbuh 5,12 persen, namun masih ada kejanggalan yang saya rasa membuat klaim tersebut tidak valid. Indikator lainnya menunjukkan kondisi ekonomi sedang dalam tidak baik," kata dia pada Jumat (10/10/2025).
Kinerja industri manufaktur juga disebut Huda mengalami kondisi perlambatan dengan purchasing manager index (PMI) industri manufaktur mencapai di titik terendah pasca Covid-19 yang terjadi di April 2025, sebesar 46,7 poin.
Kondisi tersebut diperparah dengan meningkatnya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga lebih dari 30 persen per Juni 2025 serta turunnya produksi otomotif secara tahunan.
"Meskipun pemerintah mengklaim industri manufaktur tumbuh signifikan di triwulan II 2025, namun kondisi PHK tidak bisa berbohong," kata Huda.
Dari sisi konsumsi masyarakat, Huda menyebut daya beli masih tertekan. Hal ini terlihat dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencapai level 115 pada September 2025, terendah sejak April 2022.
Huda menilai angka tersebut menunjukkan pelemahan daya beli masyarakat yang berimbas pada stagnasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga stagnan di angka 4,97-4,98 persen saja. Tidak mampu tumbuh 5 persen lebih.