Hilangnya subsidi BBM membawa dampak besar kepada pertumbuhan ekonomi domestik. Kebijakan ekonomi Jokowi belum berhasil secara optimal meningkatkan konsumsi masyarakat.
Padahal, konsumsi rumah tangga berkontribusi besar terhadap PDB. Ketidakmampuan untuk mendorong konsumsi ini turut menghambat pertumbuhan ekonomi yang baik.
"Bila pola yang sama digunakan Prabowo, target 8 persen hanya omong kosong saja," ungkap dia.
Pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi melambat menjadi 2,9 persen pada 2024 akan menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Keamanan global yang semakin rentan, konflik di Timur Tengah, perang Ukraina, dan ketegangan Laut China Selatan akan menambah tekanan pada permintaan komoditas ekspor Indonesia, terutama kelapa sawit dan olahan nikel.
Bila Prabowo masih mengandalkan kedua komoditas ekspor tersebut, target 8 persen juga sulit dicapai.