Ketidakstabilan dan kekerasan politik telah menekan pertumbuhan dan inflasi, yang mencapai -11,6% pada bulan Desember. Karena menghadapi krisis kemanusiaan yang parah, negara ini memiliki tingkat inflasi terendah di dunia.
Negara penghasil minyak, Oman, juga mengalami inflasi yang rendah, sebesar 2,1%. Salah satu alasannya adalah karena rial Oman dipatok terhadap dolar AS, menjaga mata uang tetap aman dari guncangan dolar yang fluktuatif karena kenaikan suku bunga. Sementara inflasi di negara ini tetap moderat selama dekade terakhir di negara ini.
Di Eropa, Swiss menjadi negara yang memiliki tingkat inflasi terendah sebesar 2,8%, atau kira-kira sepertiga dari wilayah Euro. Ini juga merupakan inflasi tingkat terendah di antara negara-negara OECD. Mata uang negara yang kuat telah melindungi negara kecil ini dari tekanan inflasi dan harga impor yang tinggi.
Sementara itu, harga produksi Swiss naik sedikit di atas inflasi, menjadi 4,1% per tahun pada pertengahan 2022. Tahun lalu, bank sentral Swiss menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2007 dari -0,75% menjadi -0,25% setelah 20 tahun menerapkan kebijakan deflasi.
Salah satu negara di Amerika Latin, Panama, juga memiliki tingkat inflasi terendah. Dolarisasi balboa Panama telah membantu meredam tekanan harga. Pada bulan Juli, pemerintah mengatur harga 72 barang untuk menjaga agar biaya hidup tidak naik setelah tiga minggu terdapat protes karena inflasi naik 5,2% sepanjang 2022. Saat ini, tingkat inflasi Panama hanya mencapai 2,1%.
Sementara di Amerika Utara, meskipun inflasi negeri Paman Sam diberitakan telah mendingin ke level 6,4%, namun negara tetangganya, Kanada, masih menikmati inflasi lebih rendah sebesar 6,3%. Walaupun angkanya tidak terlalu berbeda dengan inflasi di AS.
Di lain pihak, tahun ini, IMF memperkirakan bahwa 84% negara di dunia akan mengalami inflasi lebih rendah dari tahun lalu. Pada 2024, inflasi utama dan inti diproyeksikan akan tetap di atas tingkat pra-pandemi sebesar 4,1%.
Optimisme pembukaan kembali China dan pertumbuhan global yang lebih lemah ke depan disebut dapat mengimbangi tekanan inflasi, meski perubahan ekonomi makro masih sangat mungkin terjadi di tengah dunia yang tak pasti. (ADF)