Gara-gara BBM Mahal, Driver Taksi Online di AS Pertimbangkan Gantung Kunci

IDXChannel - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) semakin tidak terkendali, kondisi itu membuat sejumlah driver taksi online mulai mempertimbangkan gantung kunci dan mencari karier baru.
Hal itu diakui oleh Reid, pengemudi yang bekerja untuk Uber dan Lyft di New York, AS. Dalam satu pekan, dia harus tiga kali mengisi bensin untuk mobil Lexus miliknya, di mana masing-masing pengisian dia harus merogoh kocek sebesar USD95 atau setara dengan Rp1,41 juta (Rp14.854 per USD).
Harga BBM Mahal, Perusahaan AS Terapkan WFH
Harga tersebut lebih mahal dibandingkan tahun lalu. Untuk mengatasinya, dia kini bekerja lebih keras dan mencari pekerjaan baru yang tidak mengharuskannya membawa mobil.
“Ini (Bekerja) lebih banyak jam, lebih banyak stres. New York City bukanlah kota yang mudah untuk bekerja dan itu mempengaruhi kehidupan kita,” katanya, seperti dikutip dari AP, Jumat (24/6/2022).
Reid tidak sendirian. Jutaan orang Amerika yang bergantung pada mobil mereka untuk bekerja mengubah kebiasaan mereka. Ada yang mendaftar untuk carpools atau bahkan meninggalkan mobil mereka untuk bersepeda karena harga BBM baru-baru ini mencapai USD5 (Rp74.272) per galon atau sekitar Rp16.337 per liter.
Pada pekan ini, harga rata-ratanya mencapai USD4,95 (Rp73.530) per galon, naik dari USD3,06 (Rp45.454) per galon pada tahun lalu, seperti dilaporkan oleh AAA.
Meski begitu, Brian Scheall, seorang pengemudi Uber di Tampa, Florida mengaku harus bekerja lebih keras lagi agar dapat membayar USD75 (Rp1,11 juta) setiap kali dia mengisi bensin pada Volkswagen Atlas miliknya.
“Anda dapat menghasilkan uang tetapi Anda harus bekerja, bekerja, bekerja,” kata Scheall.
Scheall mengaku baru-baru ini mengambil pekerjaan sampingan dengan mengantar beberapa pelanggan dari Florida ke Virginia untuk mendapatkan uang tambahan.
Uber mengatakan memahami pengemudi merasakan tekanan dari harga bahan bakar yang tinggi, dan menambahkan biaya tambahan 45 sen hingga 55 sen di semua perjalanan pada Maret lalu untuk meringankan beban pengemudinya.
Namun hal itu tidak cukup bagi Reid dan Scheall. “Tidak ada bedanya sama sekali. Ini seperti sebutir pasir,” kata Reid soal biaya tambahan yang diterapkan Uber. (TYO)