Tak hanya menjual produk tahu dalam kondisi mentah, Mardi juga menawarkan olahan tahu matang yang sudah digoreng, dan bahkan sudah dimasak menjadi cemilan tahu isi. Selain memudahkan pelanggan, dengan menjual produk tahu siap makan membuat marjin keuntungan Mardi juga cukup menebal, dibanding tahu dijual dalam kondisi mentah.
"(Proses) Produksi siang sampai sore. Nanti jam 6 (sore) saya sudah mulai keliling, bawa tahu matang ke warung-warung makan, warung kopi dan penjual gorengan. Malam pulang, istirahat. Nanti pagi muter lagi bawa (tahu) yang mentah ke pasar-pasar basah, pedagang sayur keliling," ungkap Mardi.
Dari keuletannya menjalankan bisnis, kini tercatat sedikitnya 50 warung dan kedai telah menjadi pelanggan tetap Mardi. Meski begitu, Mardi juga masih melayani bila ada pembelian di luar pesanan dari pelanggan tetapnya.
"Asal masih ada barang, ya kita layani. Hanya saja, kita produksi prioritasnya lebih ke yang sudah dipesan rutin oleh pelanggan," urai Mardi.
Tiga Kali Lipat
Dua puluh lima tahun lebih berjalan, bisnis Mardi kini sudah berkembang pesat, dibanding saat pertama kali dirintis. Dilihat dari konsumsi bahan baku saja, misalnya, dari semula hanya 30 kilogram per hari, kini secara rata-rata aktivitas produksi Mardi menghabiskan sekitar 50 kilogram sampai 80 kilogram per hari.