Itu artinya, kapasitas produksi Mardi telah tumbuh lebih dari dua kali lipat, dan bahkan telah mendekati tiga kali lipat dari sejak pertama dirintis pada 1998 silam.
"Dulu sebelum COVID-19 malah bisa sampai satu kuintal (100 kilogram) per hari. Malah lebih. (Kapasitasnya) Mentok segitu karena kita kekurangan tenaga (kerja). Pas sudah masuk COVID-19, waduh, paling banyak cuma 50 kilogram per hari. Itu pun jarang-jarang. Lebih banyak di bawahnya," keluh Mardi.
Kalau untuk kondisi saat ini, Mardi mengeklaim secara rata-rata per hari bisa mengolah sekitar 70 kilogram sampai 80 kilogram per hari. Dari sana, Mardi bisa mengantongi omzet rata-rata sekitar Rp9 juta sampai Rp10 juta per bulan.
Target ke depan, Mardi berharap dalam waktu dekat sudah bisa mengembalikan tren bisnisnya seperti saat sebelum COVID-19, dengan kapasitas produksi mencapai satu kuintal per hari, bahkan lebih.
"Makanya, biar kata sudah punya pelanggan tetap, biasanya pulang dari antar pesenan gitu saya suka tetap nawarin ke warung-warung baru, penjual-penjual gorengan baru, atau warung kopi. Buat nambah-nambah pembeli ke depan," tandas Mardi.