sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Batu Bara Global Lagi-lagi Amblas, Kenapa Ya?

Economics editor Dinar Fitra Maghiszha
28/10/2021 13:13 WIB
Harga batu bara global kembali amblas pada perdagangan Kamis (28/10/2021). Hal ini merupakan tren lanjutan dari penurunan yang terjadi dalam beberapa hari.
Harga Batu Bara Global Lagi-lagi Amblas, Kenapa Ya? (Foto: MNC Media)
Harga Batu Bara Global Lagi-lagi Amblas, Kenapa Ya? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Harga batu bara global kembali amblas pada perdagangan Kamis (28/10/2021). Hal ini merupakan tren lanjutan dari penurunan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

Hingga pukul 12:24 WIB, menilik harga batu bara acuan ICE Newcastle untuk kontrak November 2021 merosot (-8,88%) di harga USD183,15 per metrik ton, dari penutupan sesi sebelumnya di USD201.

Salah satu penyebab penurunan harga terjadi akibat dipicu aksi profit taking para investor. Dalam 5 hari perdagangan, 'si batu hitam' itu telah jatuh (-14,05%), meskipun performa setahun masih moncer (184,84%).

Sebagai perbandingan, harga batu bara untuk kontrak Desember 2021 juga ikut terpuruk (-8,48%) di harga USD180,30 per metrik ton dari penutupan sebelumnya di USD197.

Selain karena pragmatisme keuntungan investor, penurunan harga batu bara global terjadi sebagai imbas dari intervensi pemerintah China untuk mengendalikan harga dengan melakukan produksi besar-besaran.

Sebagai konsumen batu bara terbesar di dunia, China sangat bergantung pada pasokan batu bara untuk pembangkit listrik, mengingat dalam beberapa waktu terakhir terjadi krisis energi di sejumlah wilayah mengganggu aktivitas perekonomian.

Meskipun Beijing berusaha untuk menyeimbangkan proporsi energi terbarukan, namun pemerintah negeri bambu terus menggenjot permintaan impor batu bara, salah satunya pasokan dari Indonesia.

Sama seperti China, Indonesia dinilai masih sangat bergantung terhadap kebutuhan batu bara.

"Kawasan ASEAN dalam beberapa hal masih bergantung pada batu bara sebagai sumber energi yang menyumbang 31,4% dari kapasitas daya terpasang pada 2020. Situasi ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati ketika menetapkan jalan kita menuju netralitas karbon," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada acara Asia Clean Energy Summit (ACES) 2021 dikutip melalui keterangan tertulis, Selasa (26/10/2021).

Arifin mengungkapkan, pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai jalan keluar mengimplementasikan transisi energi dilakukan dengan tetap mempertimbangkan kondisi perekonomian domestik, daya saing pasar, hingga kemampuan industri.

"Kita harus memaksimalkan potensi lokal kita sendiri untuk memastikan pengembangan EBT selaras dengan kondisi ekonomi dan tantangan masa depan," jelasnya. (TYO)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement