“Kerja pemerintah akan semakin berat kedepan. Karena harus membuat transisi yang smooth menuju pengetatan seperti kondisi normal mulai dari pertumbuhan ekonomi, penerimaan pajak, shortfall, dan lainnya ,” ucapnya.
Beberapa indikator ekonomi menunjukkan pemulihan yaitu pada September 2021 Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur yang kembali telah masuk pada zona ekspansif yaitu pada level 52,2. Laju inflasi tetap terkendali pada level 1,6 persen secara year on year. Surplus neraca perdagangan masih terus berlanjut sampai dengan bulan September 2021 hingga mencapai USD 4,37 Miliar untuk bulan September 2021.
Eko berpendapat bila pemerintah tidak bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi maka akan berdampak pada peningkatan rasio defisit ke pertumbuhan ekonomi.
Di tahun ini pemerintah menargetkan defisit di angka 5,7 persen dari PDB. Saat target tersebut ditetapkan tahun 2020 diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 5 persen. Bila pertumbuhan ekonomi domestik tidak mencapai 5 persen diperkirakan posisi defisit akan mencapai 6 persen.
“Outlook tahun depan ditargetkan defisit APBN di angka 4,85 persen tetapi kita harus melihat apakah pertumbuhan ekonomi mampu mencapai sebesar 5,2 persen. Kalau tidak mencapai target pertumbuhan 5,2. maka rasio hutang ke PDB akan meningkat tetapi produktivitas tidak bertambah,” ucapnya. (RAMA)