sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Healing Anti Boring Lewat Trans Jawa

Economics editor Selfie Miftahul Jannah
23/02/2023 15:28 WIB
Hafidz yang biasanya pergi menggunakan kereta dari Jakarta, kali ini memutuskan untuk pergi ke Yogyakarta menggunakan kendaraan pribadi lewat Trans Jawa.
Healing Anti Boring Lewat Trans Jawa. (Foto: MNC Media)
Healing Anti Boring Lewat Trans Jawa. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Akhir Januari lalu Hafidz Prabowo (30) memutuskan untuk malakukan perjalanan ke Kulonprogo, Yogyakarta, kampung halamannya. Perjalanan ini dilakukannya untuk melepas penat dari hiruk pikuk Kota Jakarta. 

Hafidz yang biasanya pergi menggunakan kereta dari Jakarta, kali ini memutuskan untuk pergi ke Yogyakarta menggunakan kendaraan pribadi miliknya lewat Tol Trans Jawa

Bukan tanpa alasan, ia memilih membawa kendaraan sendiri agar bisa lebih leluasa mengatur rencana perjalanan. Menurutnya, bila ingin melakukan perjalanan menggunakan angkutan umum, ia harus menetapkan waktu khusus sebelum membeli tiket.  

Ada risiko jadwal perjalanan berubah mendadak dan harus melakukan pembatalan tiket. Pun biaya yang diterima dari pengembalian tiket tidak akan 100%. Berbeda bila perjalanan yang dilakukan menggunakan kendaraan pribadi. Waktu perjalanannya jauh lebih fleksibel, pun biaya yang dikeluarkan sebenarnya bisa diukur. 

“Persiapannya bensin sama uang elektronik [untuk biaya tol],” jelas dia kepada IDX Channel, Rabu (1/2/2023). 

Maklum saja, pekerjaannya di sektor pelayanan membuat Hafid tak bisa leluasa mengambil libur di hari raya atau hari besar lainnya. Belum lagi termasuk penugasan yang mengharuskan ia mengubah rencana cuti. 

Benar saja, semula ia ingin bepergian pada akhir tahun lalu namun harus menunda liburannya karena izin cuti akhir tahun sudah full diambil karyawan lain.
  
Keputusannya memilih perjalanan menggunakan kendaraan pribadi dirasa tepat. Apalagi dengan adanya tol Trans Jawa yang pembangunannya terus dikebut sejak 2014 silam hingga kini. 

Hafidz bercerita, waktu tempuh dari Jakarta ke Yogyakarta menggunakan mobil pribadi ternyata hanya 10 jam. Itu sudah termasuk dengan dua kali istirahat di rest area selama perjalanan.  

Belum juga sampai ke Yogyakarta tempat tujuannya, Hafid mengaku sudah merasa healing. Kepada IDXChanel, Hafidz pun membagi kisah petualangannya healing anti boring saat melintas tol Trans-Jawa menuju Yogyakarta.

Ada sederet hal yang menarik yang meninggalkan kesan di hatinya. Pertama adalah kualitas jalan dan pemandangan selama perjalanan melintas jalan tol yang dikelola PT Jasamarga Transjawa Tol ini.  

Kualitas jalan yang mulus membuat Hafidz kadang-kadang tidak sadar sudah berada di kecepatan 120 km/jam. Meski begitu, kecepatan ini dianggapnya masih normal dibandingkan kendaraan lain.
 
“Kadang gak sadar ya udah 120 Km/jam, tapi ternyata masih banyak mobil yang lebih ngacir daripada kita. Kalau udah gini biasanya aku nurunin kecepatan perlahan dan geser ke kiri,” ujar dia.
  
Pun kata dia, jika ada kerusakan jalan, operator tampak sigap dengan menandai beberapa bagian ruas jalan untuk mendapat penanganan lebih lanjut.  

“Selama perjalanan kemarin tuh aman sih, pun pas balik kan hujan besar ada perbaikan dan pengaspalan juga saat malem-malem, mungkin menambal jalan kali ya. Cuma aman sih,” kata dia. 

Pemandangan yang menemani perjalanan juga dirasa Hafidz sangat memanjakan mata. Hamparan sawah luas ke cakrawala sesekali berganti pemandangan perbukitan hijau yang indah. Coba saja jalan menjelang senja, matahari yang mulai kemerahan bikin perjalanan makin syahdu terasa.

Hafidz tak khawatir bila lelah dan kantuk mulai datang. Ada sederet tempat istirahat yang siap melayani pengguna jalan tol seperti dirinya di sepanjang ruas jal Tol Trans Jawa. 

Rest area nyaman yang dilengkapi dengan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) pun tersedia di setiap satu sampai 30 menit perjalanan. Beberapa rest area bahkan menghadirkan tenant-tenant kenamaan yang kerap dijumpai di pusat perbelanjaan di kota-kota besar. Ini tentu jadi daya tarik tersendiri bagi pengguna jalan tol. 

“Durasinya 10 jam, cuma gak kerasa capek. Setiap tiga jam atau beberapa jam selalu melipir ke rest area. Entah itu beli air atau kopi, sekarang kayaknya hampir semua rest area menuju ke Yogyakarta sudah ada warung lokal, ada juga Solaria sampai Starbucks,” jelas dia.  

Dari perjalanannya kali ini, Hafidz mengaku rest area Km 456  arah Jakarta merupakan rest area yang paling berkesan. Dalam perjalanan menutup libur dari Yogyakarta, rest area ini sangat istimewa.  Karena rest area Km 456  memiliki fasilitas standar layaknya mall. Adapun dari semua toilet bersih dan layak yang disinggahi Hafidz selama di perjalanan di Trans Jawa, toilet rest area 456 sangat bersih dan modern.

Rest Area 456

Toliet dan tempat ibadah menurut Hafidz, jadi poin paling penting dalam menentukan kenyamanan sebuah rest area. Bila area ini kotor dan jorok, tentu akan mengganggu kenyamanan pelaku perjalanan yang singgah ke rest area.
 
Tidak hanya itu di rest area ini juga tersedia café, toko oleh-oleh, sampai segala jenis fast food. Hafidz bahkan sampai sempat membeli sepatu baru dengan diskon besar di sana.  

“Gak nyangka sih bakal nemu rest area yang modern banget, ada Puma segala. Bangungannya ada 3 lantai kayaknya, aku gak sampe jalan ke lantai 3 karena di lantai 2 saja aku makan siang dengan view sawah. Siang itu tadinya udah sedih, yah jalan-jalannya selesai di Yogyakarta, tapi pas jalan balik nemu rest area 456, jadi sedihnya agak terobati,” ujar dia.

Rest Area 456

Untuk urusan pembayaran, Hafidz memberikan semua jempolnya kepada pengelola jalan tol.

Asal tahu saja, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) memang terus berupaya meningkatkan integrasi sistem pembayaran untuk jalan tol Trans Jawa untuk memberikan kemudahan kenyamanan dalam transaksi. Integrasi sistem pembayaran memang dimaksudkan untuk mengurangi transaksi pengemudi di gerbang tol yang diindikasikan menjadi penyebab kemacetan. 

Memang, sejak 2016 lalu, pemerintah lewat BPJT bersama operator jalan tol dalam hal ini Jasamarga dan anak usahanya telah melakukan integrasi sistem pembayaran jalan tol pada dua cluster di sepanjang ruas jalan Trans Jawa. 

Cluster pertama meliputi jalan tol Jakarta-Cikampek (Jasa Marga), jalan tol Cipularang (Jasa Marga), jalan tol Padaleunyi (Jasa Marga) serta jalan tol Cikopo-Palimanan (Lintas Marga Sedaya). Sementara cluster kedua adalah jalan tol Palimanan-Kanci (Jasa Marga), jalan tol Kanci-Pejagan (Semesta Marga Raya) serta jalan tol Pejagan-Pemalang (Pejagan pemalang Toll Road).  

Berkat terobosan itu, pengguna jalan tol dengan rute jauh antar provinsi tak perlu sering-sering berhenti melakukan transaksi pembayaran digerbang tol. 

“Nggak perlu berkali-kali berhenti tap [bayar] saat lewat gerbang tol, pokoknya di keluar Semarang baru tap lagi menuju ke Yogyakarta,” kata dia. 

Metode pembayaran juga dirasakan Hafidz sangat praktis menggunakan kartu uang elektronik. Ia pun berharap, di masa depan proses pembayaran jalan tol bisa lebih praktis lagi. 

Harapan itu sebenarnya sudah dijawab pemerintah lewat Kementerian PUPR bersama PT Jasa Marga (Persero) yang terus berupaya meningkatkan mutu layanan dalam hal ini penerapan teknologi yang dapat memudahkan pengguna jalan tol dalam melakukan transaksi pembayaran. 

Salah satu yang dikembangkan adalah sistem pembayaran dengan teknologi Multi Lane Free Flow (MLFF) yang akan diterapkan di seluruh Jalan Tol di Indonesia. Penerapan teknologi ini diharapkan akan mempercepat proses transaksi pembayaran kendaraan yang masuk dan melintas jalan tol.
 
Hafidz pun sempat menyinggung soal biaya perjalanan yang dirasa lebih terukur. Tidak seperti tiket angkutan umum yang harganya cenderung lebih mahal ketika mendekati hari keberangkatan. 

Ia menceritakan, biaya yang dikeluarkan untuk uang elektronik mencapai Rp463.500 dari Jakarta menuju Yogyakarta. Adapun rute yang diakses Hafidz yaitu Jakarta menuju Cirebon lewat tol Jakarta Cikampek dan Gerbang Tol (GT) Kanci adalah sebesar Rp 151.500.
  
Untuk akses Semarang, Hafidz harus mempersiapkan dana sebesar Rp377.500 dengan rute Jakarta via tol Jakarta Cikampek hingga GT Kalikangkung Di Semarang. Khusus untuk pengemudi tujuan Solo atau Yogyakarta,persiapkan dana lebih sehingga uang elektronik yang disediakan Hafidz untuk tol yaitu sebesar Rp463.500. 

Senada dengan Hafidz, Aldi Ramalan juga mengaku jadi semakin sering pulang ke Yogyakarta setelah adanya Trans Jawa. Aldi mengaku, saat ini bekerja di Kawasan SCBD Jakarta Selatan dan harus bolak balik dua pekan sekali untuk mempersiapkan kuliah pasca sarjananya di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. 
 
“Semakin cepat dan nyaman aksesnya tentu, tapi kayaknya kalau jalan sendirian harus full dengerin musik ya. Kemudian harus juga ke rest area buat beli kopi,” jelas dia kepada IDXChannel, Selasa (22/2/2023). 

Ia mengaku, perjalanan ke Yogyakarta dengan menggunakan Trans Jawa jadi waktu yang ditunggu sebagai caranya melepas penat. Karena dalam perjalanan Aldi bisa singgah di rest area atau bersantap kuliner di beberapa tempat sebelum sampai tujuan.  

“Senengnya jadi ada waktu buat jalan-jalan yang gak perlu direncanakan matang, misalnya sebelum ke Jogja aku sering ke Semarang dulu. Makan siang di sana, gak susah kok dapet resto dan café yang makanannya enak dengan pemandangan kota. Harganya pun gak mahal,” jelas Aldi. 

Cafe Ideologist Semarang

Manfaat adanya jalan tol Trans Jawa rupanya tidak hanya dinikmati pengguna kendaraan pribadi, namun juga operator bus. Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia, Kurnia Lesani Adnan mengaku, para pengusaha saat ini sangat terbantu dengan adanya jalan tol Trans Jawa. 

Bahkan diakuinya, para pengusaha bus kini tengah menunggu rampungnya tol menuju Banyuwangi yang akan melengkapi konektivitas jalan tol Trans Jawa.
 
“Kami sangat menunggu tersambung nya tol Trans jawa sampai Banyuwangi ini karena perjalanan akan lebih nyaman dan waktunya lebih terukur,” jelas dia kepada IDX Channel, Selasa (21/2/2023). 

Dalam catatan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Jalan Tol Probolinggo – Banyuwangi terdiri dari 2 tahap pelaksanaan konstruksi, terbagi menjadi Tahap 1 ruas Gending – Besuki sepanjang 49,7 Km yang saat ini dimulai pembangunannya, ditargetkan konstruksinya selesai pada tahun 2024 mendatang dan memiliki 3 Seksi yaitu Seksi 1 Gending – Kraksaan (12,88 Km), Seksi 2 Kraksaan– Paiton (11,20 Km) Seksi 3 Paiton – Besuki (25,60 Km). 

Kemudian untuk tahap 2 dari ruas Besuki – Banyuwangi sepanjang 125,72 Km dan ditargetkan konstruksinya selesai setelah tahun 2024.Jalan Tol Probolinggo – Banyuwangi Tahap 1 dibangun dengan nilai investasi sebesar Rp10,8 Triliun yang dikelola oleh Badan Usaha Jalan Tol(BUJT) PT Jasamarga Probolinggo Banyuwangi dan telah dilakukan penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) pada 24 Januari 2023 lalu dengan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) yang telah diterbitkan pada 3 Februari 2023. 

Nantinya Jalan Tol Probolinggo – Banyuwangi Tahap 1 dari Gending – Besuki memiliki 3 simpang susun yaitu Simpang Susun (SS) Kraksaan, Paiton dan SS Besuki dan akan memiliki 1 buah TIP (Rest Area) di Seksi 3 Paiton– Besuki yang dibangun dengan jenis perkerasan kaku, jumlah jalur 2 x 2 lajur,lebar jalur 3,6 meter yang dapat ditempuh oleh kendaraan dengan kecepatan rencana 80-100 Km/Jam. 

Bila sudah tersambung nanti, masyarakat akan bisa melaju dari Jakarta menuju Banyuwangi via jalan tol tanpa putus. Mereka yang mau melanjutkan perjalanan ke Bali via pelabuhan pun akan lebih mudah. Bagi Pelaku usaha otobus, ini tentu jadi kabar gembira karena bisa meningkatkan minat pelaku perjalanan wisata menuju pulau dewata. 

“Dampak positifnya pengguna jasa transportasi darat berbasiskan bus lebih tinggi, banyak masyarakat pengguna moda udara kereta yang beralih ke angkutan darat berbasiskan bus,” kata dia. 

Trans Jawa Menyambung Ekonomi dan Budaya

Pengalaman mereka yang sudah merasakan dampak hadirnya Tol Trans Jawa menjadi bukti nyata bagaimana konektivitas memberi arti penting bagi pembangunan bangsa. Bukan hanya dari sisi ekonomi, tapi juga pariwisata dan budaya.

Sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), konektivitas menjadi hal penting yang harus mendapatkan perhatian serius. Buktinya, sejak 2014 silam tepat saat Jokowi mulai menjabat sebagai Presiden, pembangunan Jalan Tol Trans Jawa mulai dikebut. Hasilnya, Jalan Tol Trans Jawa telah beroperasi dari Merak hingga Probolinggo sepanjang 1.056,38 Km hingga kini. 

Jokowi sangat paham bagaimana konektivitas bisa berdampak langsung dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Dalam perkembangannya hingga saat ini, jalan Tol Trans Jawa bukan saja berhasil menghubungkan berbagai wilayah, tetapi juga menghubungkan pusat-pusat ekonomi hingga bermunculannya kawasan industri di sepanjang jalur Trans Jawa. 

Jalan Tol Semarang-Batang

Kepala Biro Humas Kemensetneg, Eddy Cahyono Sugiharto pada 2018 silam pernah mengulas manfaat adanya konektivitas yang ditunjang keberadaan jalan Tol Trans Jawa. Menurutnya, dengan adanya akses jalan bebas hambatan dan lahirnya kawasan industri, dapat menciptakan efisiensi sehingga akan berdampak terhadap penurunan ongkos transportasi.  

"Dengan tersambungnya Tol Trans Jawa juga menjadikan mobilitas barang, logistik, maupun orang menjadi lebih cepat, lebih mudah, dan lebih murah, peresmian Tol Trans Jawa juga diharapkan akan mengintegrasikan kawasan-kawasan industri, kawasan ekonomi khusus, dan kawasan wisata sehingga ekonomi regional semakin menggeliat," tutur dia. 

Ia melanjutkan, dengan kelancaran mobilitas barang dan jasa, keberadaan Tol Trans Jawa juga memberikan manfaat nyata bagi para petani,seperti produk pertanian petani yang biasanya mengirim tembakau dari daerah Temanggung, Jawa Tengah ke Surabaya, Jawa Timur yang selama ini bisa satu kali pengiriman, saat ini bisa sampai tiga kali karena adanya akses tol. 

"Tol Trans Jawa diharapkan juga akan dapat menggerakkan  berkembangnya  wisata seni budaya sebagaimana kekhasan Pulau Jawa adalah pulau yang kaya ragam seni budaya dengan potensi destinasi wisata (pusaka, tradisional, hijau) dengan berbagai kegiatan festival seni budaya," tagas dia.  

Jasa Marga Serius Tingkatkan Pelayanan di Trans Jawa 

Berangkat dari kesadaran bersama tentang pentingnya keberadaan jalan Tol Tran Jawa, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, selaku badan usaha milik negara (BUMN) pengelola jaringan jalan tol terbesar di tanah air terus menseriusi upaya meningkatkan kualitas infrastruktur dan layanan di ruas jalan tol tersebut.
  
Langkah nyatanya direalisasikan lewat pemisahan (spin off) Divisi Regional Jasamarga Transjawa Toll Road ke anak usaha PT Jasamarga Transjawa Toll Road.

Spin off secara resmi ditandai dengan penandatanganan Akta Pemisahan Divisi Regional Jasamarga Transjawa Tollroad Oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk Kepada PT Jasamarga Transjawa Tol yang dilakukan oleh Direktur Utama Jasa Marga Subakti Syukur, Direktur Bisnis Jasa Marga Reza Febriano, dan Direktur Utama PT Jasamarga Transjawa Tol (JTT) Rudi Kurniadi di hadapan Notaris Nanette Cahyanie Handari Adi Warsito, pada Jumat (01/07). 

Corporate Communication and Community Development Group Head Jasa Marga Lisye Oktaviana menjelaskan, berdasarkan Akta Pemisahan, Jasa Marga telah melakukan Pemisahan Divisi Regional Jasamarga Transjawa Toll Road, yang terdiri atas 4 segmen operasi jalan tol yang konsesinya dipegang langsung oleh Jasa Marga dan 9 Perseroan Terbatas yang merupakan Badan Usaha Jalan Tol ruas Trans Jawa yang sahamnya dimiliki oleh Jasa Marga.

“Spin off PT JTT akan membuka ruang dalam menciptakan nilai tambah secara optimal. Sebelumnya, Divisi Regional Jasamarga Transjawa Toll Road Mengelola jalan tol operasi sepanjang 676 km, yang merupakan jalan tol operasi terpanjang dibandingkan dua regional Jasa Marga lainnya, Metropolitan dan Nusantara. Jalan Tol Trans Jawa juga memiliki potensi pertumbuhan trafik tertinggi,” ujar Lisye. 

Lisye menambahkan, PT JTT selaku perusahaan penerima pemisahan adalah anak perusahaan terkendali yang 99,19% sahamnya dimiliki oleh Jasa Marga yang laporan keuangannya juga tetap terkonsolidasi. Dengan dilakukannya pemisahan, PT JTT dapat lebih kompetitif dan lincah dalam mengambil keputusan bisnis guna menghasilkan nilai tambah bagi Jasa Marga juga masyarakat yang menikmati manfaat layanan Tol Trans Jawa. 

“Pemisahan akan mendorong pengembangan dan pengelolaan aset yang lebih intensif kedepannya sehingga tercipta pemanfaatan aset yang lebih optimal. Selain itu, dengan dilakukannya pemisahan diharapkan akan mendorong berjalannya praktek-praktek terbaik (best practice) dan tata kelola perusahaan yang lebih baik. Pemisahan ini juga akan mendorong efisiensi dari sisi operasional di ruas-ruas terkait sehingga memberikan dampak positif bagi pelayanan bagi pengguna jalan,” tutup Lisye.

Naskah ini terbit untuk diikutsertakan dalam Lomba Karya Jurnalistik yang digelar oleh PT Jasa Marga (Persero) menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-45 Jasa Marga.

(SLF)

Halaman : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Advertisement
Advertisement