"Sekarang stok yang ada saja, harganya variatif, dari barongsai anak-anak dengan harga Rp200 ribu, barongsai besar untuk dua pemain dengan bulu sintetis seharga Rp2,5 juta hingga bulu domba yang termahal dengan harga Rp4,5 juta," lanjutnya.
Kim Tjoan mengaku sudah tak mencari keuntungan. Usaha yang dia geluti sejak taun 1999 ini dia pertahankan sebagai upaya melestarikan kebudayaan China. Sejak dulu menjadi pengrajin Barongsai Kim Tjoan tak melulu perkara uang. Untuk tampil di Kota Tangerang bahkan terutama di Klenteng ia tak pernah mematok harga.
"Walau pendapatan kian merosot, banyak teman pengrajin beralih profesi. Kalau saya, akan bertahan untuk melestarikan kebudayaan barongsai ini, hingga saya tutup mata nanti," tegasnya.
Ia pun berharap, pandemi covid-19 kian terkendalikan sehingga berbagai event dan euforia Imlek bisa kembali normal.
"Kebudayaan China sebagai bagian identitas Kota Tangerang. Semoga bisa terus dilestarikan dan dibanggakan Kota Tangerang. Pengrajin dan pemain barongsai bisa kembali normal dengan pendapatan dan aktivitasnya," harapnya. (TYO)