Selanjutnya, dua subsektor dengan nilai IKI tertinggi adalah Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional (KBLI 21) dan Industri Pengolahan Lainnya (KBLI 32). Sedangkan 6 subsektor yang mengalami kontraksi adalah industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur) serta Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (KBLI 16),
Kemudian, Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik (KBLI 22), Industri Logam Dasar (KBLI 24), Industri Barang Logam Bukan Mesin dan Peralatan (KBL) 25), Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik (KBLI 26), dan Industri Alat Angkut Lainnya (KBL) 30).
Pada bulan Desember 2025, nilai IKI variabel pesanan baru mengalami perlambatan sebesar 3,17 poin atau mencapai 52,76. Selanjutnya nilai IKI variabel persediaan produk mengalami perlambatan sebesar 1,20 poin atau mencapai 5 sebesar 0,92 poin atau men baliknya, nilai IKI variabel produksi masih kontraksi namun naik sebesar 0,92 poin.
Sementara, optimisme pelaku usaha terhadap kondisi usahanya 6 bulan kedepan masih menunjukkan adanya tren peningkatan sebesar 71,8 persen, atau naik 0,8 persen dari bulan sebelumnya.
"Sebanyak 23,5 persen pelaku usaha juga menyatakan kondisi usahanya stabil selama 6 bulan mendatang," tutup Febri.