“Kalau dari kita, 2023 itu sempat naik, 2023 itu 5-7 persen. Harusnya 2024 tidak lebih jelek dari 2023, mungkin 5 persen ke atas,” paparnya.
Dia menerangkan, pemerintahan baru bisa memberi stimulus positif bagi kinerja industri properti. Asumsi ini semakin menguat jika Prabowo-Gibran memisahkan Kementerian PUPR menjadi Kementerian Perumahan Rakyat (PR) dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
Meski begitu, Ali tak menafikan bahwa geopolitik global hingga konflik di Timur Tengah juga berdampak ke bisnis properti di dalam negeri.
“Salah satu lagi skenario properti akan naik atau enggak itu masalah komoditi. Kalau komoditi itu naik, ini kan ada perang, geopolitik segala macam itu kan pengaruhnya ke komoditas,” beber dia.
“Kalau harga komoditas naik, ekspor pengusaha kita naik, kalau pengusaha kita banyak uang ujung-ujungnya beli properti,” jelas Ali.
(YNA)