"Jadi misalnya bagaimana menciptakan potensi income di sana, seperti dengan menanagani masalah yang membuat mereka tidak produktif," ujarnya.
Emil pun mengatakan bahwa keberadaan Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) dan aplikasi Sistem Informasi Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (Sinta Gelis) gagasan Pemprov Jatim sangat membantu upaya ini. Dari dua big data ini, Pemprov Jatim dapat melakukan pemetaan, penargetan, dan identifikasi akar masalah kemiskinan dengan lebih akurat.
"P3KE ini memberikan perbantuan data yang komprehensif untuk melakukan targeting kami. Apalagi Bappeda baru meluncurkan Sinta Gelis, sebuah sistem informasi yang bukan hanya mencatat orang itu miskin atau tidak, tapi kondisi-kondisi terkait rumah, pekerjaan, semua yang berkaitan," katanya.
Ketua DPD Partai Demokrat Jatim ini juga menekankan pentingnya implementasi cara-cara kreatif yang berlandaskan sains sebab bantuan sosial, meski membantu, tidak selalu menyelesaikan permasalahan hingga ke akar. Geliat ini pun terbukti efektif, sebab dari 41 juta jiwa di Jatim, yang dikategorikan sebagai penduduk miskin dapat ditekan hingga 391.400 jiwa saja.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), penurunan angka kemiskinan di Jatim tertinggi selama dua periode berturut-turut. Pada periode Maret 2021 hingga September 2021, penurunan angka kemiskinan di Jatim mencapai 313.130 jiwa. Kemudian, pada periode Maret 2021 sampai Maret 2022, penurunan angka kemiskinan berhasil mencapai angka 391.400 jiwa.