Dia menuturkan, berkurangnya permintaan lindung nilai portofolio untuk emas mencerminkan pemulihan makro yang lebih mendorong minat para pelaku pasar terhadap komoditas industri daripada emas. Emas belum dapat mencatatkan kenaikan secara teknis setelah terjadi penurunan tajam akhir Juni yang disebabkan oleh kebijakan tak terduga The Fed yang hawkish.
"Tetapi risiko data pekerjaan/inflasi AS yang kuat yang diterjemahkan ke dalam imbal hasil riil AS yang lebih tinggi daripada titik normal, membuat kita berhati-hati pada prospek jangka menengah emas. Kami memangkas perkiraan harga emas dalam 12 bulan menjadi USD 1675/ons," tuturnya.
Untuk mata uang, pada semester kedua tahun ini, vaksinasi dan pembukaan kembali akan menjadi hal yang mendasar bagi perekonomian global. Bahkan bagi mereka yang masih berjuang melawan lonjakan baru dalam jumlah kasus, pengalaman yang mereka miliki dalam menangani wabah semacam itu, seharusnya menyiratkan bahwa dampak pasar akan lebih terkendali.
"Kami melihat FOMC Juni sebagai titik balik utama yang akan mengatur bagaimana pergerakan pasar mata uang dilakukan di semester kedua. Khususnya, ekspektasi kenaikan suku bunga, seperti yang terlihat dari Eurodollar futures, tidak menunjukkan tanda-tanda untuk balik kembali ke level sebelum FOMC. Hal ini menunjukan bahwa hal tersebut telah diekspektasi oleh pasar," jelasnya.
Di Asia, pemulihan dalam USD telah mempengaruhi mata uang Asia melalui greenback. Namun demikian, mata uang USD-G10 adalah tempat persaingan utama, bukan mata uang USD-Asia. (RAMA)