IDXChannel - Meski sudah diturunkan menjadi Rp275 ribu atau Rp300 ribu untuk luar pulau Jawa dan Bali, namun angka tersebut dinilai masih terlalu mahal. Padahal, saat awal pandemi harga untuk test PCR bisa mencapai jutaan rupiah.
Dengan penurunan harga yang begitu jauh, tentu mengundang banyak pertanyaan dikalangan masyakat terkait harga PCR. Lantas, apa membuat harga PCR di Indonesia menjadi mahal?
Dari temuan MNC Portal Indonesia setidaknya ada 3 hal yang membuat harga tes PCR cukup mahal.
1. Alat Reagen PCR-nya yang masih impor
Reagen merupakan ekstraksi yang digunakan untuk mengecek spesimen guna mendeteksi adanya virus SARS-CoV-2.
Berdasarkan data dari Kemenke, reagen masih diimpor dari luar negeri dan harus sesuai rekomendasi WHO; sertifikasi oleh CE, FDA, atau sertifikat yang setara; serta memiliki minimal satu target gen reagen yang disarankan pakar (target gen N).
"Indonesia masih mengimpor dari beberapa negara seperti China, India. Tapi, Korea Selatan paling banyak," kata jubir Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dikutip, Kamis (4/11/2021).
2. Harga Tes Termasuk Operasional
Harga tes PCR tidak hanya terkait kompnen alatnya saja. Namun ada biaya lain yang dimasukan dalam melakukan tes tersebut.
Di antaranya, biaya alat pelindungi diri (APD), biaya dokter, perawat, administrasi dan sebagainya.
“Jadi kalau harganya 300 ribu, reagen dan swab sticknya hanya 40-50 persen dari harga test. Sianya tarif tes PCR yang dibayar masyarakat bukan hanya melainkan termasuk biaya alat pelindung diri (APD) dari perawat atau petugas laboratorium yang mengambil sampel, biaya swab stick, alat pelindung diri (APD), biaya jasa dokter, dan sebagainya," kata Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium (Gakeslab) Randy Teguh kepada MNC Portal, dikutip Jumat (5/11/2021).
3. Investasi Mesin PCR yang mahal
Randy menjelaskan kisaran harga reagen itu mulai dari Rp150-500 ribu tergantung asal dan kualitas barang. Semakin mahal tentu tingkat akurasinya akan semakin bagus. Sementara untuk biaya investasi mesin PCR itu mulai dari ratusan juta hingga Rp2 miliar
"Mahal, makanya kasihan juga yang sudah investasi, bingung harus menghitung ulang," terangnya. (TYO)