sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Jangan Keburu Panik, Ini Tiga Hal Perlu Anda Ketahui soal Resesi

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
19/10/2022 18:10 WIB
Orang ramai membicarakan resesi, sementara definisi resesi itu sendiri harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan dalam makroekonomi.
Jangan Keburu Panik, Ini Tiga Hal Perlu Anda Ketahui soal Resesi. (Foto: MNC Media)
Jangan Keburu Panik, Ini Tiga Hal Perlu Anda Ketahui soal Resesi. (Foto: MNC Media)

Dari sisi perdagangan eksternal, terjadi penurunan tajam perdagangan yang mencatatkan minus 800 miliar euro selama satu bulan di bulan Juli, berdasarkan laporan BNP Paribas.

PDB Inggris diproyeksikan hanya akan tumbuh 0,2%. Sementara Rusia akan terkontraksi hingga minus 2,3%.

Di Asia Pasifik, China masih akan terdampak dari adanya pelemahan kinerja ekspor dan kebijakan Zero Covid-19 dan jatuhnya pasar properti Negeri Tirai Bambun tersebut. Kondisi ini menurut BNP Paribas akan berdampak pada kepercayaan konsumen, konsumsi swasta, dan investasi.

Sementara, secara umum, Indonesia sendiri diramalkan masih bisa meredam dampak signifikan risiko resesi global. Optimisme ini disampaikan oleh ekonom dan mantan Menteri Keuangan era SBY, Chatib Basri dalam SOE International Conference di Bali, Selasa (18/10).

Ia mengungkapkan, masih optimis dengan kinerja makroekonomi RI terlihat dari neraca dagang yang masih surplus. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari hingga September 2022 mencapai USD219,35 miliar, masih naik 33,49% dibanding periode yang sama tahun 2021.

Meskipun demikian, Indonesia berada di posisi menguntungkan dengan adanya berkah komoditas batubara yang harganya masih akan terus melambung ditopang tingginya permintaan dari pasar Eropa.

Sementara, laporan S&P Global Ratings Credit Research memproyeksikan pertumbuhan global yang lebih lambat dan permintaan eksternal memang akan membebani kegiatan ekonomi.

Namun, di negara-negara besar Asia-Pasifik, seperti China, India, Jepang, hingga Indonesia, disebut tidak akan terlalu kena dampak dari adanya risiko resesi global ini.

Turbulensi ini akan berdampak lebih kecil pada pertumbuhan dibandingkan dengan rata-rata global. Kondisi ini disebut oleh S&P Global Ratings disebabkan karena kondisi ekonomi negara-negara ini yang lebih berorientasi domestik.

Bank Dunia juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil sampai 2023 sebesar 5,1%. Proyeksi ini tertuang dalam laporan East Asia and the Pacific Economic Update edisi Oktober 2022.

3. Dampak Resesi Bagi Masyarakat

Jika resesi melanda, sektor bisnis akan paling terdampak lebih dulu. Kegiatan usaha besar maupun kecil menghadapi penurunan penjualan dan keuntungan dalam resesi.

Kondisi ini yang memungkinkan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pemotongan belanja modal, pemasaran hingga penelitian.

Resesi juga dapat membatasi akses kredit, kredit macet hingga memacu kebangkrutan bisnis.

Perusahaan besar biasanya tidak kebal terhadap resesi. Pada tahun 2020, tercatat sebanyak 244 perusahaan di AS mencari perlindungan kebangkrutan, terbesar sejak 2009. Perusahaan energi, ritel dan layanan konsumen adalah sektor yang paling terpukul.

Selain itu, harga saham juga akan mengalami penurunan yang dalam karena memburuknya kinerja keuangan perusahaan. Jika kemerosotan laba sangat curam, beberapa perusahaan mungkin harus terpaksa mengurangi atau menghilangkan dividen pemegang saham.

Menurut kajian Economic Policy Institute, resesi ekonomi dapat menyebabkan scarring effect yaitu kerusakan jangka panjang pada situasi ekonomi individu dan ekonomi secara lebih luas. Resesi 2008 di AS adalah salah satu contoh nyata.

Resesi akan menyebabkan tingginya tingkat pengangguran, upah dan pendapatan yang lebih rendah, dan berkurangnya berbagai. Pendidikan, investasi modal swasta, dan peluang ekonomi akan paling terdampak dan efeknya akan berumur panjang.

Dalam hal kualitas hidup, ketika resesi akan banyak keluarga menghadapi kesulitan keuangan dan meningkatnya kemiskinan. Kondisi ini bahkan berdampak pada pemenuhan gizi anak dapat terganggu.

Pada 2007, sebanyak 13 juta rumah tangga AS, termasuk 12,7 juta anak-anak berada dalam kategori kesulitan mendapat makanan yang cukup dan bergizi.

Jumlah orang tanpa jaminan kesehatan  di AS 2008 juga mencapai 46,3 juta, dengan lebih dari 7 juta anak di bawah usia 18 tahun tidak memiliki asuransi kesehatan. Dengan kemiskinan lebih dari 14 juta anak pada tahun 2008 dan penyitaan asset kredit macet mencapai 4,3% menyebabkan lebih banyak anak kesulitan mendapatkan akses pendidikan.

Tingkat pengangguran AS meningkat dari 4,9% pada Desember 2007 menjadi 9,7% pada Agustus 2008 dengan sekitar 15 juta orang menganggur dan menjadi yang tertinggi sejak 1948.

Namun, resesi sepertinya masih jauh menghampiri Indonesia. Beberapa indikator ekonomi RI masih tercatat positif termasuk di sektor perdagangan hingga pengangguran yang masih terkontrol.

Sementara media sosial riuh dengan narasi soal dampak negatif resesi tahun depan oleh para influencer, kembali memahami terkait apa itu resesi dan potensi dampaknya ke RI bisa menjadi pilihan bijak saat ini. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement